REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menko Perekonomian Sofyan Djalil menyampaikan optimismenya kenaikan harga BBM jenis Premium dari Rp 6.800 menjadi Rp 7.300 per liter dan Solar dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900 per liter tidak akan berpengaruh banyak terhadap inflasi.
Dikutip dari laman setkab.go.id Sofyan menjelaskan nantinya setiap dua bulan sekali akan dilakukan review harga BBM sesuai dengan harga keekonomian, sehingga harga bisa sewaktu-waktu naik, bisa juga turun.
“Hal itu merupakan komitmen pemerintah yang tidak lagi memberikan subsidi pada BBM jenis Premium, serta Solar yang tetap mendapat subsidi Rp 1000 per liter,” jelas Sofyan.
Menko Perekonomian meyakini harga bbm sesuai pasar akan membuat inflasi lebih terkontrol, dan kenaikannnya tidak signifikan. Sama seperti negara-negara lain yang kenaikan BBM nya harian mengikuti harga minyak dunia.
“Lain halnya kalau dulu, karena ditahan terlalu lama, begitu dilepas naiknya Rp 2 ribu. Itu langsung memberi implikasi inflasi,” papar Sofya.
Menurut Menko Perekonomian, kenaikan harga BBM kali ini juga ditentukan oleh harga minyak dunia, karena itu adalah harga produk jadi. Selain itu, melemahnya harga rupiah juga patut diperhitungkan, seihngga pada akhirnya harga BBM akan terpengaruh juga.
Pemerintah, tambah Sofyan, tidak melempar masalah penentuan harga BBM ini ke mekanisme pasar, tetapi pemerintahlah yang menetapkan, walaupun basisnya adalah harga keekonomian. Sementara kalau di negara lain, misalnya di Eropa ketika harga minyak dunia turun, mereka tidak ikut menurunkan harga BBM. Sehingga mereka mendapatkan banyak pajak dari BBM.
Tetapi pemerintah Indonesia, lajut Sofyan, kemarin menurunkan (harga BBM), untuk memberikan fairness kepada masyarakat.