Sabtu 28 Mar 2015 18:16 WIB

Harga BBM Naik-Turun, Masyarakat Tercekik

Rep: C15/ Red: Ilham
 Seorang petugas melayani penjualan bahan bakan minyak (BBM) di salah satu SPBU Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (18/3).
Foto: Prayogi/Republika
Seorang petugas melayani penjualan bahan bakan minyak (BBM) di salah satu SPBU Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (18/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi UGM, Ichsanuddin Noorsy menilai kebijakan pemerintah yang menentukan harga minyak dengan harga pasar dunia akan berakibat fluktuasi harga. Tak menentunya harga ini akan memicu kenaikan inflasi terus menerus.

"Inflasi boleh naik turun dong kalau begini, suka-suka," kata Ichsanuddin saat dihubungi Republika, Sabtu (28/3).

Ichsan menjelaskan, kebijakan pemerintah yang menyesuaikan harga perekonomian dalam negeri dengan harga pasar akan menyebabkan ketidakstabilan harga di dunia usaha. Hal ini akan menimbulkan kerugian, ketika dunia usaha tidak bisa menentukan patokan harga. Ketika dunia usaha tidak mempunyai stabilitas harga, maka dampaknya inflasi akan tidak stabil juga.

Menurut dia, target pemerintah untuk menentukan inflasi tidak lebih dari empat persen tidak akan terwujud ketika pemerintah tidak mempunyai kepastian dalam menentukan standar harga. Akhirnya masyarakat kecil akan tercekik dengan inflasi yang tinggi.

"Kaya makin kaya, miskin makin miskin, ini akan menjadi preseden buruk," ujar Ichsan.

Ketidakstabilan ini membuktikan Jokowi gagal dalam menggunakan stabilitas harga sebagai kekuatan bangsa. Stabilitas ekonomi tentu sangat memperngaruhi inflasi. Ketika inflasi tidak dapat dikendalikan, maka akan memicu angka kemiskinan yang lebih tinggi lagi.

Ichsan cukup apresiatif dengan cara kebijakan era Soeharto yang bisa bertahan lama. Ichsan menilai, salah satu kuncinya adalah, Soeharto bisa menetapkan stabilitas harga untuk menjaga stabilitas negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement