REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- Menteri Perindustrian Saleh Husin mengungkapkan, industri makanan Indonesia terus menguat. Menurutnya, hal itu tercermin dari meningkatnya nilai ekspor dan menurunnya angka impor.
Saleh memaparkan, ekspor produk makanan dan minuman meningkat dari 5,38 miliar dolar AS pada 2013 menjadi 5,51 miliar dolar AS pada 2014. Adapun nilai impor menurun dari 5,80 miliar dolar AS menjadi 5,76 miliar dolar AS.
"Ini artinya kita tidak hanya jago kandang," ucap Saleh di sela-sela kunjungannya di pabrik biskuit milik GarudaFood Group di Gresik, Sabtu (28/3).
Tak hanya itu, lanjut dia, nilai investasi industri makanan dan minuman juga meningkat. Menurutnya, nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) industri makanan dan minuman pada tahun 2014 mencapai Rp 19,59 triliun, atau meningkat 15,08 persen dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan nilai investasi juga terjadi pada Penanaman Modal Asing (PMA). Pada tahun 2013, nilai investasi industri makanan dan minuman hanya 2,12 miliar dolar AS. Tahun berikutnya, angkanya melonjak menjadi 3,14 miliar dolar AS.
"Kita optimistis industri makanan dan minuman nasional memiliki daya saing kuat, termasuk ketika Indonesia memasuki Masyarakat Ekonomi Asean mulai akhir 2015 nanti," kata menteri dari Partai Hanura tersebut.
Apalagi, menurutnya, industri ini juga berperan penting dalam meningkatkan nilai tambah produk primer hasil pertanian, sekaligus dapat mendorong tumbuhnya industri-industri lainnya.