Jumat 27 Mar 2015 11:35 WIB

Kenaikan Harga Cabai dan Beras Picu Inflasi

Pedagang memeriksa cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (6/5).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pedagang memeriksa cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (6/5).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatra Barat (Sumbar), Puji Atmoko mengemukakan pergerakan harga cabai merah dan beras masih menjadi pemicu terjadinya inflasi di provinsi itu. Ia menyebut dalam 10 tahun terakhir, laju inflasi di Sumabr fluktuasif dan cenderung lebih tinggi dari inflasi di Sumatra dan Nasional.

"Dimana hal itu didominasi oleh volatile food atau kelompok pangan bergejolak terutama beras dan cabai," katanya di Padang, Jumat (27/3). Ia menyampaikan hal itu terkait Diseminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Sumbar dengan tema Prospek Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Sumbar 2015.

Menurut dia, beras dan cabai merupakan kebutuhan utama warga Sumatera Barat sehingga berapa pun harga jualnya tetap diupayakan membeli oleh masyarakat. Ia menyebutkan pada 2011 kontribusi cabai merah terhadap inflasi Sumbar yang tertinggi mencapai 0,5 persen , 2012 mencapai 1,2 persen, 2013 0,5 persen, dan 2014 mencapai 2,2 persen.

"Sementara kontribusi beras terhadap inflasi Sumbar pada 2011 sebesar 0,5 persen, 2012 sebesar 0,5 persen, 2013 sebesar 0,6 persen dan 2014 mencapai 2,5 persen," kata dia.

Hal itu menurutnya menarik, dan ternyata dari hasil temuan di lapangan dijumpai pasokan cabai merah yang ada di Padang lebih banyak di pasok dari Pulau Jawa, sebaliknya cabai Sumbar banyak dijual ke daerah lain. Namun ia meyakini inflasi merupakan salah satu syarat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumbar yang pada akhirnya akan melahirkan kesejahteraan masyarakat. Ia berharap ke depan inflasi di Sumbar menjadi lebih stabil dan gejolak yang terjadi tidak terlalu tinggi.

Sebelumnya berdasarkan hasil survei Pusat Kajian Sosial Budaya dan Ekonomi (PKSBE) Universitas Negeri Padang (UNP) Padang, menghitung kebutuhan cabai warga Padang mencapai 36,91 ton per hari. Dari 36,91 ton tersebut sebanyak 22,5 ton dipasok dari Pasar Muntilan Jawa Tengah dan sisanya berasal dari hasil produksi petani lokal, kata Peneliti PKSBE Universitas Negeri Padang Johan Marta.

Ia mengatakan berdasarkan temuan survei preferensi dan perilaku konsumen terhadap permintaan cabai merah, pasokan cabai tersebut diangkut menggunakan truk dimana setiap harinya sekitar lima truk tiba di Padang. Menurut pedagang besar cabai, jika pasokan melalui jalur darat tersebut terkendala sehingga terlambat tiba di Padang. "Maka pedagang menyiasati dengan melakukan pengiriman menggunakan pesawat udara," kata dia.

Karenanya, pergerakan harga cabai di Padang sangat ditentukan oleh tingkat harga di Pulau Jawa serta kelancaran proses pengiriman.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement