Kamis 26 Mar 2015 13:39 WIB

Ini Penyebab Puting Beliung di Sleman

Rep: Yulianingsih / Red: Dwi Murdaningsih
Puting beliung (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Puting beliung (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kasie data dan informasi Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Teguh Prasetyo mengatakan, angin puting beliung yang melanda wilayah Tempel, Kabupaten Sleman, Rabu (25/3) sore kemarin berkecepatan 50 kilometer (km)/jam. 

"Angin ini terbentuk akibat perkumpulan awan colomunimbus (CB) setelah terjadinya pemanasan tinggi di pagi hingga siang hari," ujarnya, Kamis (26/3).

Angin puting beliung di Tempel, Sleman sendiri menewaskan 3 orang dan merusak beberapa rumah warga. Puluhan pohon tumbang termasuk tiang listrik.

Menurut Teguh, saat ini wilayah Di Yogyakarta sudah masuk musim pancaroba atau peralihan ke musim kemarau. Pada musim ini suhu udara di pagi hingga siang hari cukup panas. Suhu udara pada siang hari mencapai 31 derejat celcius. Akibatnya kata dia, penguapan di wilayah Yogya cukup tinggi.

"Uap air yang banyak ini berkumpul dan membentuk awan CB di atas padahal suhu di bawah masih tinggi. Ini yang memunculkan terjadinya awan kencang atau pusaran angin," ujarnya.

Kondisi ini menurutnya akan sering terjadi pada musim pancaroba. Musim kemarau sendiri kata dia akan terjadi pada akhir April atau awal Mei mendatang. 

Secara global kata Teguh, terjadi tekanan udara rendah di wilayah Samudra Hindia bagian Barat atau tepatnya daerah Sumateraa. Hal ini yang menyebabkan penumpukan awan lebih cepat terjadi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement