REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO TUV SUD ASEAN, Richard Hong mengatakan Jakarta dan Surabaya sebagai dua kota kontributor terbesar perekonomian Indonesia perlu mengimplementasikan praktek-praktek ramah lingkungan pada usaha industri yang sedang dijalankan.
"Hal tersebut dilakukan karena sektor industri adalah salah satu konsumen energi terbesar dan merupakan penghasil utama gas rumah kaca," kata Richard di Jakarta, Rabu (25/3).
Hal tersebut, ia sampaikan dalam "Closing Ceremony for the Towards a Green Future Energy and Carbon Footprint Project in Partnership with DEG" di Pullman Hotel.
Ia mengatakan, pemerintah Indonesia telah secara efektif menghimbau para pelaku industri untuk mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bahar terbarukan yang lebih bersih dengan pilihan-pilihan yang dapat diperbarui. "Ini dilakukan agar usaha industri tetap kompetitif dan meningkatkan laba usaha secara berkelanjutan," katanya.
Selain itu, kata Richard, pelaku industri atau Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia memberikan kontribusi lebih dari 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) serta menyerap banyak tenaga kerja.
Ia menambahkan, TUV SUD juga memiliki visi yang sama dengan Indonesia, yaitu melakukan bisnis di dunia yang aman dan berkelanjutan.
"Sebagai salah satu penyedia solusi praktek hijau serta pengalaman kami yang panjang dan beragam, menunjukkan bahwa bisnis yang menerapkan langkah-langkah pemeliharaan yang sederhana dan rendah biaya untuk menurunkan penggunaan energi dapat menghemat energi secara siginifikan," ujarnya.
TUV SUD adalah organisasi jasa internasional terkemuka yang melayani segmen bisnis industri, mobilitas, dan manusia.
Organisasi tersebut adalah penyedia layanan solusi lengkap untuk testing dan inspeksi kualitas serta keselamatan, dukungan rekayasa, sertifikasi sistem manajemen, dan beragam solusi pelatihan.