Kamis 26 Mar 2015 07:00 WIB

15 Vaksin ini Dibutuhkan Orang Dewasa

Rep: Niken Paramita Wulandari/ Red: Dwi Murdaningsih
15 jenis vaksin yang perlu
15 jenis vaksin yang perlu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imunisasi bagi anak mungkin hal yang biasa. Tapi tahukah, ternyata orang dewasa pun perlu juga imunisasi. Terdengar tidak biasa memang, namun Vaksionologi Dirga Sakti Rambe mengungkapkan, data dari Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI menyebutkan ada 15 jenis vaksin yang dibutuhkan pada orang dewasa. 

Antara lain, Influenza, Tetanus, Difteri, Pertusi dan Cacar Air, Human Papillomavirus (HPV) untuk perempuan dan laki-laki, Zoster , Campak , Gondongan, Rubella, Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis A dan B (Kombinasi), Typhoid Fever (Demam Tifoid), Pneumonia, Pneumokokal Konjugat 13-valent, Meningitis Meningokokal, dan Yellow Fever. 

Seperti pada anak-anak, vaksin pada orang dewasa juga diberikan mengikuti waktu pemberian dan kepada siapa diberikan. Ada yang diberikan setahun sekali,  dua tahun sekali, hingga tiga tahun sekali. 

“Ada 15 jenis vaksin. Harus semua diikuti, sudah ada jadwalnya,” kata Dirga saat dihubungi Republika Online.

Sayangnya, hingga saat ini pengetahuan dan kesadaran orang dewasa terhadap vaksin ini masih rendah. Dirga bahkan menyebutkan, imunisasi orang dewasa di Indonesia tertinggal 10 tahun dibandingkan imunisasi pada anak. Peningkatan penggunaan vaksin terutama pada orang-orang yang ingin berpergian ke luar negeri. Sebagai syarat lolosnya visa.

“Saya selalu bilang program vaksin untuk imunisasi dewasa di Indonesia tertinggal 10 tahun dibandingkan imunisasi anak. Cuma sekarang saya sudah cukup senang karena dari bulan ke bulan, tahun ke tahun penggunanya cukup meningkat. Sudah jauh lebih banyak dibandingkan dua-tiga tahun belakangan,” ujarnya. 

Pemberian vaksin pada orang dewasa memang butuh komitmen yang lebih besar. Orang dewasa perlu yakin, kalau vaksin adalah tindakan preventif mencegah resiko suatu penyakit di masa mendatang. “Disini yang sulit untuk meyakinkannya. Memang tidak pasti terkena penyakit tersebut, Cuma apakah kita harus tunggu sakit dulu,” kata Vaksionolog lulusan University of Siena ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement