Selasa 24 Mar 2015 15:46 WIB

Harga Beras di Sleman Turun Drastis

Rep: C97/ Red: Winda Destiana Putri
Stok beras di gudang Bulog
Foto: Andika Wahyu/Antara
Stok beras di gudang Bulog

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Harga beras di Kabupaten Sleman turun drastis, dari awalnya Rp 11 ribu menjadi Rp 8,5 ribu untuk beras jenis C64 yang sering dibeli oleh masyarakat. Kondisi tersebut terjadi dilatarbelakangi oleh jumlah persediaan yang banyak, karena panen serempak di Sleman.

Hal ini disampaikan oleh Pemilik Toko Beras Mulya Karya Sleman, Mugiono (43). Menurutnya penurunan tersebut sudah terjadi sejak 15 hari terakhir. Adapun jenis beras yang ikut turun adalah C4 dari Rp 12 ribu menjadi Rp 11 ribu. Bramo dari sembilan ribu rupiah jadi delapan ribu rupiah. Sedangkan untuk jenis beras kualitas satu harganya masih tetap sama seperti sebelumnya.

Penjaga toko beras di Pasar Catur Tunggal, Haris (20) pun membenarkan penurunan beras tersebut. Ia mengatakan bahwa penurunan harga beras C64 di tokonya hampir sama dengan toko lain. "Dari Rp 11 ribu jadi Rp 8600," katanya. Hanya selisih seratus rupiah.

"Kenaikan ini hanya untuk sementara. Paling lama bertahan satu setengah bulan," ujar Mugiyono, Selasa (24/3). Ia menyampaikan bahwa tingkat harga beras tergantung pada stoknya. Jika persediaannya banyak, maka harganya akan murah, dan sebaliknya. Sepanjang perjalanannya berjualan, tahun ini adalah tahun dengan kenaikan harga beras paling parah.

 

"Dulu paling tinggi naiknya hanya Rp 10 ribu. Kalau program pemerintah untuk swasembada gagal, saya yakin tahun depan harga beras akan lebih tinggi dari sekarang," ujar Mugiyono saat membereskan sejumlah karung di tokonya.

Ia berpandangan kenaikan harga beras tahun depan disebabkan oleh dua hal, yaitu stok yang menipis dan lahan pesawahan yang menyempit. Sebelumnya Sri Sultan memang pernah membenarkan penyempitan lahan pertanian, terutama bagi pesawahan. Bahkan tidak tanggung-tanggung, pengurangan disinyalir terjadi seluas 200 hektar per tahun.

Mugiyono beranggapan, saat ini pemerintah kurang berkomitmen untuk  menjaga keberadaan lahan pertanian. "Ya kurang komitmen. Buktinya banyak lahan sawah yang jadi perumahan. Seperti di jalan kabupaten itu," tuturnya.

Saat ini harga sejumlah barang di pasar memang bisa turun naik dalam waktu yang singkat, terutama beras. Ini tentunya membebani pedagang. Karena mereka bisa merugi. Pedagang sendiri tidak mau menjual, apalagi sekedar dititipi beras dari Bulog. Sebab kualitasnya jelek.

"Saya tidak mau terima dari Bulog. Nanti kutu-kutunya bisa menyebar ke beras yang lain," ujar Mugiono. Karena itu ia berharap agar pemerintah bisa membenahi harga beras di pasar, selain melalui Bulog. Sehingga kesejahteraan bisa terjamin dan tidak merugikan siapapun.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement