REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beras impor ilegal membanjiri Batam, Kepulauan Riau. Kepala Bidang Penindakan dan Sarana Operasi Kanwil Ditjen Bea Cukai Khusus Kepulauan Riau Raden Evy Suhartantyo mengungkapkan beberapa faktor penyebab maraknya penyelundupan beras impor.
Evy mengatakan tingginya upaya penyelundupan beras impor karena kurangnya pasokan beras lokal. Dia mencontohkan, suplai beras lokal yang masuk ke Tanjung Balai Karimun dalam sebulan hanya tiga kali. Satu kali pengiriman sebanyak 15 ton. "Artinya suplai beras lokal dalam sebulan 45 ton. Padahal total kebutuhan sehari di Kepri kurang lebih 60 ton. Jadi, ini masalah suplai dan demand," kata Evy kepada Republika Online (ROL).
Akibat minimnya distribusi, harga beras lokal pun akhirnya lebih mahal ketimbang beras impor yang kebanyakan berasal dari Thailand dan Malaysia. Karena ada permintaan dari pasar, maka bukan tidak mungkin akan terus dimanfaatkan oleh pihak-pihak untuk mencari keuntungan.
Penyebab lainnya karena ada begitu banyak pelabuhan tikus di Batam. Dia mengatakan, sejauh ini hanya ada beberapa pelabuhan di Batam yang sudah ditetapkan sebagai wilayah kepabeanan misalnya Pelabuhan Sekupang dan Batu Ampar. Sehingga, Ditjen Bea Cukai tidak bisa melakukan tindakan ketika upaya penyelundupan sudah masuk ke pelabuhan-pelabuhan tikus tersebut. "Intinya masih ada lebih banyak pelabuhan yang belum ditunjuk sebagai kawasan pabean. Jadi, upaya penyelundupan diarahkan pelabuhan-pelabuhan itu," ujarnya.