REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Ribuan warga Yogyakarta memadati sepanjang pinggir Jalan Malioboro hingga Alun-alun Utara Yogyakarta, Jumat sore (20/3), menyaksikan kirab ogoh-ogoh dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi.
Ribuan warga serta wisatawan baik mancanegara maupun domestik tampak antusias menyaksikan kirab ogoh-ogoh yang baru pertama kali diadakan di sepanjang Jalan Malioboro itu. Dalam pawai itu, 11 ogoh-ogoh dengan berbagai bentuk seperti raksasa maupun buta yang berasal dari lima kabupaten/kota di DIY, masing-masing diusung puluhan orang secara beramai-ramai dengan diiringi tabuhan gending kas Bali.
Momen perayaan hari besar umat Hindu yang melibatkan 800 peserta itu juga diikuti perwakilan lintas agama seperti Islam, dan Kristen yang di antaranya mempersembahkan rebana, serta teatrikal perjuangan Romo Sugiho Pranoto.
Koordinator kirab, I Ketut Ideb S di sela-sela kirab mengatakan kirab tersebut memiliki makna menghilangkan keserakahan yang ada dalam diri manusia. "Ogoh-ogoh berupa raksasa maupun sosok lain yang menyeramkan melambangkan keserakahan yang pada akhirnya dibakar, sehingga keserakahan itu hilang," kata dia.
Sementara, keikutsertaan perwakilan lintas agama itu, menurut dia, menandakan keharmonisan kehidupan beragama di Kota Gudeg itu. Dia berharap kirab yang kali pertama digelar di sepanjang Jalan Malioboro itu, diharapkan dapat menjadi momen tahunan sehingga juga mampu memberikan daya tarik bagi wisatawan.
"Untuk (kirab) kali ini kami gunanakan untuk mencari bentuk bagi kirab selanjutnya," kata dia.
Setelah sampai di Alun-alun Utara Yogyakarta, selanjutnya kesebelas ogoh-ogoh diusung kembali menuju Pura di Kabupaten masing-masing untuk dibakar. "Sesampai di Pura nanti juga banyak masyarakat antusias menunggu prosesi pembakaran ogoh-ogoh," kata dia.