REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pelaksana Tugas Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman mengatakan sekitar 80 persen dari total panjang saluran irigasi di provinsi itu, dalam kondisi rusak. Kondisi itu menghambat upaya peningkatan produksi padi.
"Panjang saluran irigasi kita keseluruhannya 8.500 kilometer lebih. Ada 80 persen yang kondisinya rusak ringan dan sedang. Ini jadi perhatian pemerintah untuk membenahinya," kata Arsyadjuliandi pada seminar ekonomi syariah di Kantor Bank Indonesia Perwakilan Riau di Pekanbaru, Jumat (20/3).
Pria yang akrab disapa Andi Rachman itu menjelaskan, secara geografis kondisi Riau memang tidak semuanya cocok untuk bercocok tanam padi. Karena itu, ia mengatakan Riau masih kekurangan sekitar 300 ribu ton beras pertahun sehingga bergantung pada pasokan dari daerah lain seperti Sumatra Barat, Sumatra Utara dan Jawa.
"Ada banyak faktor yang membuat pertanian tanaman pangan di Riau tidak berkembang. Mulai dari faktor irigasi yang tidak ada, irigasi rusak, irigasi ada tapi kurang air, hingga luas tanaman padi yang berkurang akibat alih fungsi lahan yang cukup tinggi, yaitu mencapai 10 persen pertahun," kata Andi.
Ia mengatakan pada 2015, Riau sebenarnya menjadi salah satu daerah prioritas untuk merehabilitasi irigasi dari pemerintah pusat. Program dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum menawarkan revitalisasi irigasi yang bisa mengaliri lahan pertanian hingga 90 ribu hektare.
Namun, Andi mengatakan Pemprov Riau hanya bisa menyanggupi perbaikan irigasi untuk pengairan lahan seluas 55 ribu hektare.