REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penyebaran ideologi terorisme saat ini lebih banyak dilakukan melalui berbagai media di dunia maya atau internet dibandingkan dengan penyebaran cara-cara konvensional terdahulu.
"Mereka lebih kencang menyebar ideologi lewat media sosial di dunia maya," kata Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Irfan Idris, Kamis (19/3).
Ia mengatakan di era modern seperti sekarang para teroris perlahan-lahan mulai meninggalkan cara-cara konvensional menyebarkan paham seperti lewat perkumpulan suatu kelompok.
Ia mencontohkan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menggunakan jejaring sosial berkonten video seperti YouTube untuk menyebarkan paham mereka.
Selain YouTube, media sosial lain seperti Facebook, Twitter, dan blog juga bisa menjadi sarana untuk menyebar ideologi. Oleh karena itu, Irfan berpendapat upaya pencegahan paham terorisme tersebut harus juga dilakukan lewat kampanye di media sosial.
Ia menjelaskan, biasanya anak-anak usia muda yang emosinya masih belum stabil menjadi sasaran penyebaran paham terorisme.
"Biasanya anak-anak muda yang galau yang seharian main media sosial di handphone," kata Irfan.
Sementara pemerhati masalah terorisme dari Universitas Indonesia Nasir Abbas mengatakan penyebaran ideologi terorisme yang kerap disampaikan ialah mengenai kebencian terhadap suatu negara.
"Negara yang kacau itu sangat mudah terbentuk negara Islam seperti ISIS. ISIS terbentuk karena Suriah dan Irak 'chaos'," ujar Nasir.
Nasir menjelaskan, para teroris sering menjelaskan kebobrokan suatu bangsa untuk merekrut anggota lain guna membentuk negara sendiri.
"Dengan menumbuhkan rasa benci karena pemerintah itu korupsi, pemerintah nggak beres karena tidak menjalankan ajaran Islam hingga menimbulkan pemikiran untuk melawan dan membentuk negara sendiri menurut paham mereka," kata Nasir.