Senin 16 Mar 2015 20:05 WIB

'Tekan Penyebaran DBD, DKK Bentuk Pokjanal'

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Djibril Muhammad
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.
Foto: dinsos.jakarta.go.id
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR -- Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Jateng, membentuk Pokjanal (Kelompok Pekerja Penanggulangan (Pokjanal) untuk optimalisasi penanggulangan dan penanganan wabah DBD (Demam Berdarah Dengue). Pembentukan Pokjanal mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan, desa/ kelurahan, dan Puskesmas.

"Keberadaan Pokjanal diharapkan dapat mengoptimalkan penanggulangan dan penanganan demam berdarah pada masyarakat," kata Fatkhul Munir, Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Kabid P2PL) DKK Karanganyar, Senin (16/3).

Munir menjelaskan, keberadaan Pokjanal diharapkan dapat mengurangi kasus DB. Petugas Pokjanal akan memberikan penyuluhan dan gerakan di kantor, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

DKK Karanganyar menjadwalkan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) di kantor setiap Jumat, sekolah setiap Sabtu, dan Ahad pagi di lingkungan masyarakat.

Pokjanal diharapkan dapat memberikan informasi cepat dan tepat. Pokjanal juga diharapkan dapat membantu mengurangi kasus DB pada puncak penyebaran, yakni April dan Mei. Analisa selama sepuluh tahun terakhir, kasus DB paling tinggi pada bulan itu.

Kepala Puskesmas Colomadu 1, Elizabeth Mardikaningtyas Kusumaningsih, menuturkan, pihaknya siap melaksanakan pembentukan Pokjanal yang sudah dimulai dari tingkat kabupaten.

Demam berdarah, kata dia, itu penyakit karena faktor lingkungan. Pengaruh (lingkungan) cukup tinggi. Oleh karena itu, Pokjanal diharapkan dapat mengurangi potensi kasus DB.

Blusukan ke Pasar

Meningkatnya kasus DBD mendorong Tim Publikasi Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Setda Klaten melakukan penyuluhan terkait bahaya penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aygepty.

Uniknya, penyuluhan kebersihan lingkungan tentang bahaya DBD itu dilakukan dengan cara blusukan ke pasar tradisional. Ini dilakukan di Pasar Wedi. Tim mengendarai mobil berikut pengeras suara, 'cuap-cuap' di antara sibuknya aktivitas jual beli warga.

"Dalam penyuluhan ini, kami menyampaikan pesan kewaspadaan kepada masyarakat tentang bahaya demam berdarah di pasar tradisional," kata Tim Publikasi Bagian Humas Setda Klaten, Joko Priyono.

Menurut Joko, wabah demam berdarah masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat sampai bulan Mei mendatang. Soalnya, berdasarkan informasi yang diterima Humas Setda Klaten, hingga saat ini sudah ada 11 orang meninggal karena DBD.

Selain itu, tak kurang dari 160 warga harus dirawat di rumah sakit karena gigitan nyamuk Aedes Aygepty. Meski ada tren penurunan korban DBD di awal Maret ini, pemerintah akan terus menggalakkan sosialisasi dengan target kaum ibu dan pedagang kecil di pasar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement