REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE, MYANMAR -- Organisasi kemasyarakatan sosial Medical Emergency Committee (MER-C) Indonesia kembali mengirim relawan ke provinsi Rakhine, Myanmar. Dalam misi yang berlangsung selama 11 hari pada bulan Februari kemarin, tim Mer-C melakukan sejumlah kegiatan. Mulai dari pemberian obat-obatan serta paket alat kesehatan.
Tonggo Meaty Fransisca selaku ketua tim mengatakan, sedianya MER-C akan melakukan pengobatan medis secara langsung di dalam kamp. Namun karena izin ketat yang diterapkan pemerintah Myanmar, tim tidak dapat melakukan kegiatan tersebut. Padahal sebelumnya tim telah mengurus segala perizinan yang dibutuhkan.
"Kita memang sudah persiapkan diri dari Jakarta bahwa berdasarkan pengalaman, misi di Myanmar tidak pernah berjalan mulus, pasti ada yang berubah," kata Fransesca.
Kendati demikian, lanjut wanita yang akrab disapa Mea ini, berkat lobi yang cukup alot dengan pemerintah Myanmar, khususnya dengan negara bagian Rakhine, pihaknya diizinkan masuk ke lebih dari satu kamp. Padahal berdasarkan izin yang didapat sebelumnya, Mer-C hanya mendapat izin masuk ke satu kamp.
"Setidaknya kita bisa masuk ke empat kamp muslim dan tiga kamp Rakhine. Dari situ kita bisa lihat langsung bagaimana keadaanya, khususnya fasilitas kesehatan," kata dia.
Dr. Aung Thurein selaku Deputy State Health Director of Sittwe mengucapkan terima kasih atas perhatian dan bantuan yang diberikan masyarakat Indonesia melalui MER-C. Ia berjanji akan menyalurkan bantuan obat-obatan dengan baik.
"Terima kasih yang besar atas hal ini, saya akan pastikan obat-obatan dan paket alat kesehatan diberikan secara baik dan kepada orang-orang yang tepat," kata dia.
Thurein menjelaskan, sistem pelayanan kesehatan di Sittwe termasuk di dalam kamp telah berjalan baik. Di setiap kamp terdapat pusat kesehatan yang disebut sebagai Self Centre. Di jenjang ini self centre melakukan pemeriksaan dan pengobatan untuk penyakit-penyakit yang tergolong ringan.
Namun jika pasien diputuskan untuk mendapat pemeriksaan lebih lanjut, pasien akan dirujuk ke Health Centre yang letaknya berada di tingkat semacam kecamatan. Setiap kecamatan setidaknya memiliki lima hingga 10 Health Centre.
"Tentunya tergantung juga pada luasnya area dan besaran populasi," kata dia.
Setelah itu, di tingkat paling atas adalah fasilitas di setingkat Kabupaten/Kota. Di tingkat ini terdapat Station Hospital yang dapat memberikan perawatan lebih mendalam.
"Sarana dan prasarana di fasilitas ini sudah mencukupi, bisa untuk city scan juga tindakan operasi," kata dia.
Dalam menjalankan sistemnya itu, Thurein menjelaskan pihaknya memiliki 224 orang tenaga medis yang terdiri dari 43 dokter dan 95 perawat serta tenaga medis lainnya.