REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat mengkhawatirkan keberadaan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang berencana masuk ke Kota Mataram. Pasalnya, MUI belum mengetahui Gafatar ini seperti apa.
"Di beberapa tempat, Gafatar ditolak karena dipandang sesat. Oleh karena itu, saya ingin tanya kepada mereka, ormas agama mana," ujar Ketua MUI Kota Mataram TGH Muhtar kepada wartawan di pendopo wali kota, Sabtu (14/3).
Menurutnya, Gafatar sendiri menginginkan adanya pertemuan dengan MUI dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakespol). Namun, MUI belum menyetujui pertemuan tersebut.
"Belum disetujui. Saya juga belum menerima. Kita pelajari dulu," ujarnya.
Ia menuturkan, beberapa daerah menolak Gafatar lantaran banyak hal-hal yang aneh dilakukan gerakan tersebut, seperti menyebut Tuhan dengan kata Tuan. Meskipun, pihak pemerintah pusat mengakui Gafatar.
TGH Muhtar memandang visi dan misi Gafatar belum jelas.Ia mengatakan akan mempelajari terlebih dahulu Gafatar dan mempertimbangkan untuk menerima ajakan pertemuan. Namun, Muhtar mengkhawatirkan gerakan tersebut akan meresahkan masyarakat.
"Pertemuan belum ditentukan. Insya Allah diadakan segera," katanya.