Jumat 13 Mar 2015 15:53 WIB

Separuh Balita Indonesia Alami Masalah Gizi

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Dwi Murdaningsih
Gizi buruk pada anak harus  dicegah
Gizi buruk pada anak harus dicegah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari separuh anak bawah lima tahun (balita) di Indonesia mengalami masalah gizi. Mulai dari bertubuh pendek (stunting), kurus, hingga mengalami gizi sangat buruk. Ahli gizi Atmarita mengatakan hanya 48 persen yang tidak bermasalah dengan gizi dari 24 juta populasi total balita di Indonesia. Sedangkan, lebih dari separuh balita di Tanah Air mengalami persoalan asupan gizi. 

“Ada tiga indeks masalah gizi, yaitu balita dengan gizi kritis sebanyak 5 persen dan ini bisa berisiko mengalami kematian, balita kurus sebanyak 12 persen, dan sisanya bertubuh pendek (stunting) sebanyak 37 persen. Angka ini cukup banyak,” katanya, Jumat (13/3).

Tinggi badan anak Indonesia rata-rata juga kurang memenuhi standar organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) yaitu 10 sentimeter lebih pendek dari standar organisasi itu. Kini, tren jumlah kasus masalah gizi ini disebut Atmari semakin meningkat karena jumlah penduduk cenderung bertambah, dan prevalensi kasus juga tidak berubah. 

Persoalan ini ditambah dengan tren usia pernikahan dini remaja yang baru berusia 15 tahun tetapi sudah menikah. Akhirnya, mereka rentan melahirkan bayi yang kurang gizi. Karena, si ibu yang kurang mendapat asupan gizi maka anaknya mengalami nasib serupa. “Persoalan-persoalan ini yang perlu kita cegah,” katanya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, perempuan yang masih aktif di Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) ini menegaskan bahwa dibutuhkan peran si ibu balita semenjak ia mengandung. Ibu diharapkan melakukan pemantauan pertumbuhan anaknya dan memastikan mengikuti kurva pertumbuhan sehat.

Selain itu, ibu diminta untuk memberi asi pada bayi selama enam bulan. Setelah itu, asupan gizi sang anak diperoleh dari makanan pendamping ASI  dan pada akhirnya makanan yang juga dikonsumsi dewasa. Ia juga meminta pemerintah mengoptimalkan peran kader pos pelayanan terpadu (posyandu) hingga pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang menjelaskan komunikasi dengan para kader. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement