Kamis 12 Mar 2015 21:20 WIB

Pernefri: Jumlah Penderita Ginjal Terus Naik

Pasien gagal ginjal.
Foto: Antara/Eric Ireng/ca
Pasien gagal ginjal.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Penderita ginjal yang harus cuci darah meningkat 10 persen setiap tahunnya yang sebagian besar penyebabnya akibat rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan ginjalnya, ungkap Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Sumut-Aceh Prof Harun Rasyid Lubis di Medan, Kamis (12/3).

Di sela Peringatan Hari Ginjal Sedunia di Lapangan Benteng Medan, terungkap bahwa penyebab utama penyakit ginjal ini akibat hipertensi dan diabetes (penyakit gula) dan khusus di Indonesia, termasuk Kota Medan penyebab utamanya akibat hipertensi.

Karena itulah dia mengingatkan masyarakat agar senantiasa rutin memeriksakan hipertensinya. "Jika ada hipertensi, cepat diobati dan rajin makan obat sampai sembuh," katanya.

Kemudian Harun mengungkapkan, dokter maupun perawat yang ahli menangani penyakit ginjal saat ini juga dapat dikatakan masih kurang.

Untuk mengatasi ini, maka didirikanlah tempat cuci darah di daerah-daerah dan dapat dipantau langsung melalui video conference.

Dengan demikian jika dilakukan pencucian darah di daerah seperti Nias, Pematang Siantar dan Sipirok dapat dipantau langsung.

"Kita sudah sampaikan hal ini kepada Wali Kota dan beliau pun mendukungnya. Selanjutnya kita akan sampaikan hal ini kepada kepala daerah lainnya, sehingga mereka dapat mendukungnya," katanya.

Sementara Wali Kota Medan Dzulmi Eldin mengatakan data menunjukkan jumlah penderita hipertensi dan diabetes semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Kedua penyakit ini yang merupakan salah satu faktor penyebab terbanyak penyakit ginjal kronik sehingga membuat penderitanya harus menjalani cuci darah (dialysis).

Dalam beberapa dekade terakhir ini di seluruh dunia jelas dia, jumlah angka penderita dialysis terus meningkat secara progresif, yang juga menjadi salah satu factor penyumbang terbesar pengeluaran biaya kesehatan. "Jangankan negara kita, negara maju sekalipun kewalahan dalam membiayainya," katanya.

Untuk itulah, pihaknya merasa bersyukur dengan berkembangnya unit-unit dialysis di Kota Medan belakangan ini, karena dengan demikian masyarakat memiliki alternative untuk fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya penyakit ginjal.

Dengan adanya unit-unit dialysis ini,ia berharap angka prevalensi dan insidensi penderita penyakit ginjal, khususnya di Kota Medan dapat menurun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement