REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta menilai wisatawan asal Belanda merupakan potensi pasar yang perlu digarap secara serius karena wisawatan dari negara tersebut mulai tertarik berwisata sejarah di Kota Yogyakarta.
"Banyak wisatawan yang ingin datang ke Yogyakarta untuk mencari tahu apa yang telah dilakukan nenek moyang mereka pada masa lalu," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Eko Suryo Maharso, Kamis (12/3).
Menurut dia, wisatawan tersebut bahkan tidak segan-segan datang ke kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk mencari informasi mengenai bangunan-bangunan yang didirikan selama Belanda berada di Yogyakarta.
"Mereka kemudian datang ke sejumlah bangunan untuk mengetahui seperti apa bangunan tersebut. Contohnya, bangunan di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, di kawasan Kotabaru dan di SD Tegalpanggung," katanya.
Ia mengatakan, akan berupaya secara serius mengembangkan wisata sejarah tersebut sehingga wisatawan ke Yogyakarta tidak hanya datang ke tempat wisata tetapi juga memperoleh informasi atau pengetahuan mengenai sejarah.
"Pintu masuknya adalah Belanda. Untuk saat ini, kami belum menghitung berapa wisatawan Belanda yang datang ke Yogyakarta. Harapannya, jumlah wisatawan asing yang datang terus meningkat," katanya.
Selain Belanda, wisatawan dari Eropa yang juga mulai tertarik datang ke Yogyakarta adalah wisatawan asal Prancis.
"Berbeda dengan wisatawan asal Belanda, wisatawan dari Prancis lebih tertarik melihat secara langsung legenda-legenda supranatural yang berkembang di masyarakat. Mereka kemudian mempelajarinya secara ilmiah," katanya.
Sedangkan wisatawan dari Asia seperti Jepang dan Cina, lebih suka berjalan-jalan berkeliling Yogyakarta dan melihat bangunan-bangunan yang terkenal.