REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hanggar yang ambruk di Bandara Internasional Hasanuddin Makassar pada Senin (9/3) lalu, sejatinya untuk melakukan pengujian pesawat. Hanggar tersebut dibangun oleh Balai Kalibrasi di bawah Ditjen Pegunungan Udara Kemenhub dengan rencana anggaran Rp 46,24 miliar.
Staf Khusus Menteri Perhubungan Hadi M. Djuraid menjelaskan, Balai Kalibrasi dibangun di Makassar dengan tujuan untuk memfasilitasi pengujian pesawat di wilayah Indonesia Timur. "Kita ada balai kalibrasi di Curug (Tangerang). Jadinya kami rencana bangun di Makassar untuk mengcover wilayah timur," jelas Djuraid pada Rabu (11/3).
Menurut kontrak, lanjut Djuraid, pengerjaan hanggar seharusnya selesai pada Desember 2014 lalu. Nilai investasinya sendiri sebesar Rp 46,24 miliar. Namun, inspeksi pada Desember 2014 menunjukkan pembagunan hanggar baru selesai 76,75 persen.
Karena belum selesai, Djuraid melanjutkan, dilakukan adendum dengan memberikan penambahan waktu selama 50 hari agar selesai 100 persen. Penambahan waktu ini mengharuskan kontraktor menyelesaikan maksimal 18 Februari 2015 lalu.
Sayangnya, pada 18 Februari 2015 pembangunan hanya bertambah dua persen sejak akhir 2014. Sehingga total penyelesaian baru 78,32 persen. Dengan demikian, pemerintah telah mengeluarkan Rp36,22 miliar untuk proyek ini.
"Nah proyek tersebut kita stop dan kontraktor kita nyatakan harus melakukan pembersihan. Agar saat dilanjutkan dengan kontraktor lain, tinggal dikerjakan," ujar Djuraid.
Namun, justru di saat melakukan pembersihan inilah musibah ini terjadi. Hanggar ambruk di saat petugas melakukan perapihan konstruksi yang masih 78,32 persen selesai.
Berdasarkan rencana, proyek pembangunan balai kalibrasi di Makassar ini terdiri dari pembangunan hanggar dengan ukuran 90 x 60 meter dan tinggi 15 meter, taxi way dengan ukuran 83,5 x 41,10 meter, apron atau tempat parkir pesawat seluas 100 x 60 meter, serta kantor balai kalibrasi seluas 60 x 8 meter.