REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Soekarwo menginginkan umat beragama menghormati budaya masyarakat. Penghormatan terhadap budaya, kata Soekarwo, akan mendorong keselarasan nilai agama dan budaya.
“Saya terus menyuarakan persekutuan antara agama dan budaya karena sebenarnya semua konflik yang terjadi di negeri ini disebabkan tidak ketemunya agama dan budaya. Bahkan pada Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) nanti saya mengusulkan tema besar Islam Nusantara,” ujar Soekarwo saat membuka Kongres X Gabungan Gereja Baptis Indonesia (GGBI) di Surabaya, Selasa (10/3) malam.
Menurut Soekarwo, tanpa keselarasan agama dan budaya, konflik akan terus berlangsung. Jika semua agama menerapkan konsep perseketuan agama dan budaya, maka pembangunan akan berjalan lancar.
“Agama merupakan masalah paling mendasar yang mengatur tentang religi, etika dan moralitas. Saya optimistis jika masalah religi, moral dan etika diletakkan sebagai dasar, maka semua rencana pembangunan akan sukses,” ujar dia.
Ia mencontohkan, banyak terjadi kasus begal ditangkap dan dihajar massa yang mencerminkan nilai ketertiban yang tidak didasari pada hukum. Hal itu, kata dia, menunjukkan lemahnya pemahaman religi, moral dan etika masyarakat.
Oleh karena itu, kata dia, hukum yang dibangun harus melibatkan tokoh-tokoh pemimpin agama yang ada, bukan hanya pemerintah semata. Ia menggambarkan, saat ini banyak masyarakat yang tidak mematuhi hukum yang berlaku karena mereka tidak dilibatkan dalam proses perancangan hukum.
“Di sinilah tugas pemerintah untuk melayani secara partisipatif bukan malah menakut-nakuti masyarakat. Dengan demikian suasana yang tercipta bisa kondusif dan dingin,” imbuhnya.