REPUBLIKA.CO.ID, LHOKSEUMAWE -- Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Sutjiopto mengatakan secara nasional, Indonesia diperkirakan membutuhkan tambahan pasokan gas sekitar 4,1 miliar kubik perhari. Kebutuhan tersebut diprediksi akan bertahan hingga 2025.
“Hingga 2025, Indonesia butuh pasokan gas 4,1 miliar kubik perhari,” ujar Dwi Sutjipto usai peresmian Terminal Penerimaan dan Regasifikasi LNG Pertamina Arun oleh Presiden RI, baru-baru ini.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Pertamina telah mengambil empat langkah besar, yakni pembangunan infrastruktur gas, optimalisasi minyak dan gas, maksimalisasi peluang di sektor hulu dan hilir, serta pengembangan bisnis energi listrik terbarukan.
Salah satu program yang sedang dilaksanakan Pertamina untuk memasok kebutuhan tersebut adalah dengan mengalihfungsikan PT Pertamina Arun di Lhokseumawe menjadi Terminal Penerimaan dan Regasifikasi LNG.
“Terminal Penerimaan dan Regasifikasi LNG Pertamina Arun yang berkapasitas 400 juta satu kubik perhari ini merupakan bagian dari pembangunan infrastruktur strategis,” ujar dia.
Dia menambahkan, gas yang diterima dari terminal tersebut akan dijadikan bahan bakar yang dibutuhkan PLN Belawan, Sumatra Utara. “Konsumen utama tentunya PLN dan kawasan industri seperti Kawasan Industri Medan dan Kawasan Indutri Khusus, Sei Mangkei Sumut,” jelasnya.
Dwi mengatakan, kebutuhan gas di dua kawasan ujung barat Indonesia tersebut di dominasi oleh sektor industri yang mencapai 70 persen. Terutama untuk menunjang kebutuhan pembangkit listrik seperti di Belawan, Medan, Sumatra Utara.
Namun, kata dia, Pertamina juga bisa melayani kebutuhan masyarakat Aceh yang berada di sekitar wilayah tersebut.