Rabu 11 Mar 2015 16:04 WIB

Sektor Penerbangan Diminta Waspada Pelemahan Rupiah

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Petugas menghitung uang rupiah dan dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Kamis (5/3).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Petugas menghitung uang rupiah dan dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Kamis (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Tim  Advisory dan Asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, M Abdul Majid menilai meski Rupiah melemah hingga sempat menyentuh ambang batas psikologisnya, Rp 13 ribu per dolar AS, namun masih bisa diimbangi dengan ekspor dan indeks saham nasional yang masih kuat. Meski demikian, ia mengingatkan sektor penerbangan untuk lebih mewaspadai kondisi ini.

"Dunia penerbangan hendaknya menjaga ratenya supaya tidak ikut meningkat tajam," kata Abdul Majid kepada Republika di Denpasar, Rabu (11/3).

Jika rate penerbangan meningkat, katanya, maka berimbas pada naiknya harga tiket pesawat yang tentunya memberatkan masyarakat yang bergantung pada transportasi tersebut. Jika ini terjadi, maka kota-kota pusat pariwisata, seperti Bali akan ikut merasakan dampak buruknya dengan penurunan jumlah wisatawan.

Abdul Majid menyarankan maskapai penerbangan untuk melakukan lindung nilai (hedging) dengan perhitungan masing-masing. Ini dinilainya tepat untuk mengantisipasi pelemahan Rupiah dan ketidakpastian kebijakan moneter Federal Reserves, Amerika Serikat yang memicu penguatan dolar AS pada sebagian besar mata uang di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement