REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), TGH Zainul Majdi mengaku pemahaman radikalisme di sebagian kecil wilayah NTB masih ada. Keberadaannya dibeberapa titik di pulau Sumbawa. Namun, pemahaman tersebut relatif rendah karena pemahaman ahli Sunah Waljamaah yang kuat.
“Memang di sebagian kecil wilayah kita di beberapa titik pulau Sumbawa ada,” ujarnya kepada wartawan seusai deklarasi gerakan anti Narkoba di Kota Mataram, Selasa (10/3).
Menurutnya, jumlah masyarakat yang terlibat dalam pemahaman radikalisme sekitar puluhan orang. Dimana, sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang ikut-ikutan. Sementara, yang terlibat aktif hanya sedikit. “Jumlah beberapa puluh orang saja tidak banyak dan sebagian adalah orang yang ikut-ikutan dan yang terlibat aktif sedikit. Pondok tidak ada,” ungkapnya.
Ia menuturkan, dengan upaya persuasif yang dilakukan pemerintah kepada gerakan pemahaman radikalisme. Serta pemberdayaan secara ekonomi maka pemahaman tersebut akan terhenti.
Zainul Majdi menegaskan, tidak ada tempat bagi gerakan pemahaman radikalisme di NTB. Selain itu, sudah menjadi tugas berbagai pihak untuk menangkal paham radikalisme. “Tidak ada tempat di NTB untuk radikalisme,” katanya.
Menurutnya, jika radikalisme dikaitkan dengan Islam, maka sesungguhnya Islam tidak mengajarkan radikalisme. “Islam datang, tersebar dengan perdamaian, dakwah yang baik dan memuliakan manusia,” katanya.
Apalagi hingga tingkat terorisme, barbarisme yang mempertontonkan eksekusi. Menurutnya hal itu bukan merupakan ajaran Islam. Dengan tegas, Zainul Majdi mengatakan tidak ada tenmpat bagi pemahaman radikalisme di NTB.