Ahad 08 Mar 2015 21:00 WIB

Beras Lokal 'Banjiri' Pasar Tradisional di Lebak

Beras
Foto: Republika/Yasin Habibi
Beras

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Beras lokal di Kabupaten Lebak, Banten mulai "membanjiri" pasar tradisional karena memasuki musim panen di sentra lumbung pangan di daerah itu.

"Kita saat ini sudah tidak mendatangkan beras dari luar daerah lagi," kata Baden, seorang pedagang di kiosnya di Pasar Tradisional Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Minggu (8/3).

Ia mengatakan, pihaknya kini menampung kembali beras lokal dari berbagai sentra lumbung pangan di Kabupaten Lebak karena tibanya musim panen raya itu.

Pasokan beras lokal itu berjenis medium dan tidak mendatangkan dari Karawang, Subang dan Pasar Induk Cipinang, Jakarta.

Saat ini, harga beras mulai turun rata-rata Rp500/kg antara lain beras medium KW 1 semula Rp10.900/kg menjadi Rp10.300/kg, beras KW 2 semula Rp9.900/kg turun menjadi Rp9.500/kg dan beras KW 3 dari Rp8.700/kg menjadi Rp8.200/kg.

"Saya kira menurunya harga itu karena pasokan beras lokal melimpah," katanya.

Menurut dia, melimpahnya pasokan beras lokal itu dipastikan awal April mendatang harga beras kembali stabil.

Sebab para pedagang bisa terpenuhi beras lokal dari sentra lumbung pangan di wilayah Provinsi Banten.

Meskipun beras lokal melimpah, tetapi harga gabah di tingkat petani cukup tinggi dengan kisaran Rp5.200/kg.

Harga sebesar itu, kata dia, petani sangat diuntungkan sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga mereka.

"Kami berharap beras lokal itu bisa memenuhi hingga Desember 2015," katanya.

Begitu pula, Suryadi, seorang pedagang di Pasar Tradisional Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya kini mendatangkan beras dari petani lokal.

Selama ini, petani di wilayahnya memasuki musim panen sehingga dapat memenuhi ketersedian beras.

"Kami hari ini menerima beras lokal sebanyak delapan ton," katanya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna menyebutkan seluas 37.000 hektare yang tersebar di 25 kecamatan memasuki musim panen dari musim tanam (MT) Desember 2014 dan Januari 2015.

Diperkirakan panen padi tahun ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, karena cuaca mendukung selama musim hujan terutama jaminan ketersedian air.

Selain itu, serangan hama penyakit organisme pengganggu tanaman relatif kecil.

Berdasarkan laporan sejumlah kelompok tani, bahwa produktivitas rata-rata 6-7 ton gabah kering pungut (GKP)/hektare. Sedangkan, kata dia, produksi gabah tahun sebelumnya hanya 5,6 ton/hektare.

"Dengan meningkatnya produksi gabah itu cukup menguntungkan petani," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement