REPUBLIKA.CO.ID, PADALARANG -- Produsen makanan dari singkong di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mengharapkan adanya perhatian pemerintah untuk menjaga ketersediaan bahan baku singkong agar aktivitas usaha terus berputar.
"Kami harap pemerintah daerah tidak diam, tapi melakukan upaya bagaimana caranya supaya singkong terus tersedia," kata Aceng Kodir pengusaha makanan olahan asal Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Minggu (8/3).
Ia menuturkan, usaha makanan olahan dari bahan baku singkong di KBB tergantung tersedianya singkong dari petani daerah.
Jika pasokan singkong lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan produsen, kata Aceng, akan berdampak tidak berjalannya roda usaha tersebut.
Sedangkan mendatangkan singkong dari luar daerah, kata dia, harganya cukup tinggi.
"Kami sangat berharap ketersediaan bahan baku tidak sampai terputus demi lancarnya produksi," katanya.
Menurut dia, upaya yang dapat dilakukan pemerintah diantaranya seperti memberikan penyuluhan kepada para petani agar mau menanam singkong dengan hasil memuaskan.
Selain itu, lanjut dia, pemerintah melakukan upaya bagaimana caranya agar petani tetap dapat menanam singkong meskipun cuaca buruk.
"Biasanya kesulitan bahan baku itu karena pengaruh cuaca ekstrem yang tidak menentu sehingga produksinya kurang," katanya.
Ia mengatakan, produksinya setiap hari biasa menghabiskan singkong sebanyak 1,5 sampai 2 kuintal, dengan harga normal Rp1.000 dan tertinggi saat langka sampai Rp2.000 per kg.
Ketika pasokan kurang, kata dia, tentu jumlah produksi juga berkurang dan penghasilan dari usaha ikut berkurang.
"Terkadang saya harus membeli singkong dari luar daerah seperti dari Subang meskipun lebih mahal, untuk memenuhi permintaan," katanya.