REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta mulai memugar satu dari 224 candi perwara atau bangunan candi yang mengelilingi candi utama di kompleks Candi Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Dalam pemugaran candi perwara ini kami memprioritaskan penggunaan material asli, sehingga untuk mencegah kerusakan bebatuan, kami menghindari penggunaan bahan kimia seperti semen untuk perekat batu," kata Kepala Seksi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan BPCB Yogyakarta Wahyu Astuti didampingi staf arkeolog Yoses Tazaq, Ahad.
Menurut dia, untuk penguatan struktur dan susunan bebatuan memang menggunakan teknologi modern, karena kondisi batu sudah tua dan lapuk. Sehingga, jika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi, candi tersebut tetap aman.
"Sentuhan modern itu seperti penggunaan 'angkur' atau besi berlapis antikarat yang ditancapkan pada ke dua sisi batu bagian dalam, karena pen asli batu sudah rusak dan keropos," katanya.
Ia mengatakan penggunaan alat modern dalam pemugaran candi memang sudah dilakukan sejak lama, bahkan ketika pemerintah Belanda melakukannya terhadap Candi Prambanan.
"Namun, terus dikembangkan agar semakin lebih baik dan tidak merusak batu maupun struktur dan susunan aslinya," katanya.
Saat ini proses pemugaran satu candi perwara masih dalam proses pembongkaran. Pendirian candi yang menghabiskan dana sekitar Rp 1,2 miliar ini diperkirakan baru akan rampung pada akhir tahun 2015.
Selain dalam proses satu pemugaran candi perwara, pihaknya juga saat ini sedang melakukan studi teknis dan studi kelayakan terhadap dua candi lainnya. Agar di tahun selanjutnya bisa segera diteruskan pemugaran candi yang berjumlah 224 unit mengitari candi utama kompleks Candi Prambanan ini.
Saat ini dari jumlah keseluruhan candi perwara tersebut, baru dua diantaranya yang sudah kembali berdiri. Itu pun dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Hindia-Belanda, di masa penjajahan Belanda sekitar 1950.