REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Kenaikkan harga beras belakangan, berdampak buruk terhadap Raskin (Beras Miskin). Hampir semua pedagang enggan membeli jatah warga masuk kategori rumah tangga tinggi tersebut. Jika dilakukan transaksi tukar-tambah-pun, nilainya sangat rendah.
Sejumlah pedagang beras di Pasar Sunggingan, Kabupaten Boyolali, Jateng, Ahad (8/3), mengaku enggan membeli Raskin. Soalnya, selain harganya ikut naik, pedagang khawatir kualitas beras menurun bila disimpan terlalu lama.
Saat ini, harga Raskin Rp 7.000 per kg. Semula, sebelum ada gejala kenaikkan harga beras, hanya berkisar Rp 5.000 hingga Rp 5.800. "Sekarang Raskin saja ikut naik segitu," ujar Ny Siti Aisyah (53), pedagang beras.
Lantaran tingginya harga Raskin, pedagang tak berani beli. "Harga Raskin juga naik. Sementara, jualnya membutuhkan waktu lama. Takutnya kualitasnya semakin buruk bila terlalu lama disimpan," katanya.
Diakui, untuk penjualan Raskin biasanya pada saat-saat tertentu saja. Misalnya, saat musim hajatan. Saat itulah, banyak masyarakat yang mencari Raskin untuk menyumbang yang punya hajad.
Tukar-Tambah
Seperti diketahui, hampir sebagian besar penerima Raskin, selama ini kebanyakan tukar-tambah dengan beras yang kualitasnya lebih baik. Kalau dulu, satu karung atau 15 kilogram bisa dapat 10 kg beras kualitas bagus. Tapi, sekarang paling hanya dapat delapan kilogram saja.
Sepertinya, sudah menjadi rahasia umum, jika warga penerima sebagian besar menukarkan Raskin dengan beras lain kualitasnya lebih bagus.
Pedagang beras di Pasar Jungke, Kabupaten Karanganyar, Santosa (50), membenarkan, warga menjual Raskin untuk di tukartambahkan dengan beras kulitas lebih baik. Namun, seiring naiknya harga beras gejala itu turun drastis.
Sebelumnya, Santoso sehari bisa dapat Raskin antara 4,5 ton sampai enam ton. Sekarang, cuma ada 1,5 ton. Harga beli Raskin bervariasi antara Rp 6.000 hingga Rp 6.200 per kg. Lalu, pedagang menjual kembali Rp dengan harga Rp 6.500 per kg.
Pembeli Raskin rata-rata dari Kabupaten Sragen, kabupaten Wonogiri maupun kawasan sekitar Kabupaten Karanganyar. Kemudian warga membeli beras dengan kualitas lebih baik kisaran harga Rp 9.000 per kg.
"Kalau dulu harga Rp 9.000, sekarang bisa harga Rp Rp 10 ribu sampai Rp 11 ribu. Mungkin, terlalu mahal," katanya.
Pedagang lain, Paiyem (56), mengaku tak ada sama sekali warga penerima Raskin datang ke kios untuk menukartambahkan beras jatah. "Nggak ada satupun. Biasanya, saya beli Rp 6.000 dari warga. Lalu jual lagi Rp 6.200. Kadang malah rugi, jual dibawah harga beli. Yang penting laku, daripada tambah apeg baunya," katanya.
Paiyem menambahkan, pembeli Raskin biasanya pedagang. Kemudian, menjual kembali ke industri pembuatan karak. Orang yang mau beli hanya dari pabrik karak. Lain, tidak ada.