REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA—Tagline baru Yogyakarta, Jogja Istimewa harus mewakili keberadaan semua lapisan masyarakat Yogyakarta.
"Jogja istimewa itu tanpa kecuali, siapapun baik birokrat, polisi, aparat, rohaniawan, akademisi, seniman, budayawan, petani, nelayan, pekerja, rakyat," ujar Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X pada acara pisowanan agung di Pagelaran Kraton Yogyakarta, Sabtu (7/3).
Pisowanan agung sendiri diikuti ribuan masyarakat DI Yogyakarta untuk memperingati bertahtanya Sri Sultan Hamengku Buwono X yang ke-26 tahun.
Ribuan masyarakat melakukan kirab budaya dari Lapangan Parkir Abu Bakar Ali sampai Pagelaran Kraton Yogya. Akibat kirab ini Jalan Malioboro ditutup sejak pukul 13.00 hingga 18.00 WIB.
Pisowanan agung tersebut juga mengambil tema semangat Yogya Gumregah. Menurut Sultan, semangat ini dikumandangkan seperti ketika Yogyakarta bangkit waktu gempa 2006.
"Setelah ada UU Nomor 13 tahun 2013 tentang Keistimewaan DIY, perjuangan dianggap selesai. Selama tiga tahun kita dibuai zona nyaman, masa tenang, rasa ini harus membangunkan," katanya.
Diakui Sultan, Yogya gumregahbukan kata benda dan wacana, tapi kata kerja yang dilanjutkan dalam aksi masa.
"Saya tetap konsisten untuk memenuhi tekad dan mewujudkan ikrar tahta dan jadi sultan hanya demi kesejahteraan rakyat," katanya.
Wacana itu kata dia, bisa tercapai dan menjadi realita dengan dukungan dan kontribusi masyarakat Yogyakarta. Kraton pun akan berfungsi sebagai pemomong atau penuntun masyarakat.
Sinergi kraton, penyelenggara negara, kampus dan kampung, pranata istimewa sebagai agen perubahan, diyakininya, akan menjadikan Jogja Istimewa.
Hal itu ditunjukkan dengan logonya dengan huruf kecil yang melambangkan egaliter, sederajat, saudara dan setia kawan antara kraton dengan rakyat Yogyakarta sendiri.Warna merah raja merupakan simbol semangat berani, yaitu semangat Yogyakarta menuju Jogja Istimewa.
Ikuti Whatsapp Channel Republika