REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melakukan perjalanan ke berbagai tempat, di dalam maupun luar negeri, tentu saja sangat menyenangkan. Apalagi traveling itu dilakukan bersama, antara suami dan istri.
Tapi apakah juga tetap menyenangkan jika perjalanan itu dilakukan bersama anak sendiri yang masih kecil, jumlahnya lebih dari satu lagi?
Namun, itulah yang terjadi pada pasangan suami istri Halilintar Asmid (44 tahun) dan Lenggogeni Faruk (42). Lima benua telah mereka jelajahi, dari timur sampai barat. Nusantara, dari Sabang sampai Merauke.
Banyak orang bertanya, katanya, bagaimana mengasuh 11 orang putra-putri? Mengasuh satu atau dua anak saja sudah kewalahan. "Bukan berarti dengan 11 anak tidak repot, tentu saja susah payah menghadapi berbagai tingkah dan ragam perilaku masing-masing anak yang berbeda. Yang berbeda inilah yang kita arahkan hingga perbedaan itu menjadi rahmat, keberkahan, suatu potensi yang dikembangkan dalam rumah tangga," katanya.
Hingga hari ini, katanya, pasutri ini masih terus berusaha bagaimana perbedaan dapat disatukan dalam suasana kasih sayang yang berlandaskan ketuhanan. Tidak dapat dipungkiri, masing-masing anak, sejak lahir ada potensi positif dan juga negatif. "Yang positif disuburkan, yang negatif dikuburkan," kata Lenggogeni.
Selain menceritakan bagaimana karakter anak dan gaya mendidik mereka, buku setebal 349 halaman ini juga mengungkap kiat-kiat Lenggogeni soal nifas. Digambarkan pula bagaimana peran ayah dan pandangan anak-anaknya mengenai sosok sang ayah.
Dengan model pendidikan selama 24 jam, masing-masing anak memiliki potensi. Si sulung, Atta, pada usia 13 tahun sudah memiliki usaha jual beli mobil, gadget, termasuk mengelol perusahaan tour. Demikian pula dengan anak kedua, Sohwa Mutamima Halilintar, yang dalam usia beli sudah terlantik menjadi owner sekaligus sales person untuk booth pameran fashion dan handphone di Bintaro Plaza, Carrefour Lebak Bulus, dan POndok Indah Mall.
Menurut Lenggogeni, bukunya itu dibuat untuk berbagi pengalaman dengan orang lain. "Tujuan penulisan saya untuk sebuah kesyukuran dan keinginan yang terdorong untuk sharing," katanya kepada Republika.
Selengkapnya, kisah mengenai keluarga Halilintar ini bukunya dapat Anda temukan di gelaran Islamic Book Fair (IBF) 2015 di Istora Senayan, Jakarta, yang akan ditutup Ahad (8/3) ini.