REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melakukan perjalanan ke berbagai tempat, di dalam maupun luar negeri, tentu saja sangat menyenangkan. Apalagi traveling itu dilakukan bersama, antara suami dan istri.
Tapi apakah juga tetap menyenangkan jika perjalanan itu dilakukan bersama anak sendiri yang masih kecil, jumlahnya lebih dari satu lagi?
Namun, itulah yang terjadi pada pasangan suami istri Halilintar Asmid (44 tahun) dan Lenggogeni Faruk (42). Lima benua telah mereka jelajahi, dari timur sampai barat. Nusantara, dari Sabang sampai Merauke.
Halilintar dan Lenggogeni memang kerap bepergian keluar negeri untuk mengurus bisnis. Tapi urusan bisnis itu tetap dengan mengajak serta anak mereka.
Mengapa? Karena mereka tidak mempunyai pembantu, pengasuh, atau babby sitter. Karenanya, ketika traveling, masing-masing anak memiliki tugas dan peran.
Lenggogeni mengibaratkan dengan hotel: ada yang bertugas sebagai tukang cuci baju, tukang masak, room service, mencuci, dan lainnya yang dikerjakan secara team work.
Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini mengatakan, sebagai frequent traveller, sepanjang 22 tahun bisa dikatakan selalu berjalan dengan kondisi anak dalam gendongan dan atau gandengan. Menurut pasutri berdarah Minang ini, kesemua itu menjadi bagian dari proses pendidikan.
"Sebuah tradisi bagi para saleh yang mulai kuhayati dan kunikmati, sarat hikmah dan pengajaran yang dalam. Tentunya memberi dampak langsung kepada janin yang dikandung, bayi yang masih menyusui, dan anak yang digandeng," kata kata Lenggogeni, seperti dikutip dari buku karyanya Kesebelasan GenHalilintar My Family My Team yang dibuat dalam waktu 40 hari itu, kepada ROL.
Menurut Lenggogeni yang melahirkan ke-11 anaknya melalui persalinan normal dan selalu memberi air susu ibu (ASI) eksklusif bagi semua anaknya itu, traveling bukan sekadar jalan-jalan, tapi sarat dengan penanaman pendidikan sambil santai-santai. Bincang-bincang di atas kendaraan, saling meluapkan perasaan, kemudian orang tua memberikan ilmu dan sharing pengalaman.
"Sambil makan-makan, ditambah dengan hidangan spiritual. Sambil olahraga, dibumbui dengan olah jiwa. Walaupun belum bisa mencapai yang terbaik, tapi setidaknya hal seperti ini dapat menjadikan suasana rumah tangga lebih terkendali, potensi keluarga juga lebih berkembang," katanya.
Selengkapnya, kisah mengenai keluarga Halilintar ini bukunya dapat Anda temukan di gelaran Islamic Book Fair (IBF) 2015 di Istora Senayan, Jakarta, yang akan ditutup Ahad (8/3) ini.