Kamis 05 Mar 2015 17:09 WIB

Harga Beras di Lampung Masih Bertahan Tinggi

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Djibril Muhammad
Gudang Beras Bulog di Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (25/2).
Foto: Republika/Prayogi
Gudang Beras Bulog di Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Meski sudah digelar operasi pasar (OP) beras murah milik Bulog seharga Rp 7.500 per kg, ternyata belum membuat harga beras berbagai kualitas di pasar tradisional kota Bandar Lampung menurun atau normal kembali.

Hingga Kamis (5/3), harga beras kualitas super/ premium Rp 12.500 - Rp 13 ribu per kg dan asalan masih bertahan Rp 9.000 - Rp 9.500 per kg.

Para pedagang beras di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung, menyatakan belum terpengaruh harga OP beras murah tersebut, lantaran stok beras milik pedagang masih melimpah dengan modal beli sebelumnya sudah tinggi. Pedagang masih bertahan harga saat ini, dan belum mau mengembalikan harga normal kembali.

Menurut Karsidi, pedagang beras yang mangkal di pasar tersebut, ia sudah mengorder beras dengan harga sudah tinggi dari distributor di sentra beras di Talangpadang, Kabupaten Tanggamus, Lampung.

"Harga beras sudah naik dari sananya (distributor beras). Jadi, mana mungkin mau menurunkan lagi normal seperti dulu," katanya.

Ia menjual beras dalam kemasan bermerek kualitas super antara Rp 125 ribu -130 ribu per karung 10 kg. Biasanya, saat harga normal beras kualitas tersebut dijual Rp 104 ribu -110 ribu per 10 kg.

Sedangkan kualitas medium dalam kemasan Rp 111 ribu - 120 ribu per 10 kg, sebelumnya harga beras ini Rp 95 ribu - Rp 100 ribu per karung 10 kg.

Tinginya harga beras ini, membuat konsumen membeli beras kiloan di pasar tradisional. Harga yang ditawarkan pedagang beras berkisar Rp 10.500 ribu -11.000 per kg untuk kualitas medium.

"Beras mahal seperti ini, terpaksa beli beras kiloan harganya agak miring daripada kemasan karung," tutur Ina, ibu rumah tangga di Kemiling, Bandar Lampung.

Kenaikan harga beras di Lampung, sudah dirasakan sejak pertengahan bulan Desember 2014. Harga terus bergerak naik hingga mencapai Rp 5 000 per kg, selama periode Desember 2014 - akhir Februari 2015.

Kenaikan dipicu karena petani masih menunggu masa panen diperkirakan akhir Maret sampai April 2015. Selain itu, gabah petani dan di penggilingan sudah kosong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement