REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Bahaya wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Klaten, Jateng, sudah mencapai tahap ambang mengkawatirkan.
Soalnya, hingga akhir Februari kemarin saja, tercatat sembilan korban warga meningggal dunia gara-gara gigitan nyamuk aides agyptie. Sebanyak 130 pasien dirawat di rumah sakit.
Guna mencegah merebaknya DBD, Tim Publikasi Bagian Humas Setda Kabupaten Klaten, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK), terjun ke lapangan menggelar kegiatan penyuluhan.
Sasaran utama dalam kegiatan sosialisasi kali ini, sejumlah pasar tradisional. Pasar tradisional disambangi. Seperti, Pasar Ngupit Ngawen, Pasar Gentongan Gemblegan, Pasar Induk Klaten, Pasar Keden Pedan, Pasar Karangdowo, Pasar Tanjung Juwiring.
"Juga pasar tradisionao Delanggu, Pasar Kembang Kemalang, Pasar Puluhwatu Karangnongko dan Pasar Kraguman Jogonalan menjadi lokasi sasaran," kata Joko Priyono MSi, salah satu Tim Publikasi Bagian Humas Setda Klaten, Rabu (4/3).
Joko Priyono menambahkan, penyuluhan di pasar menjadi cara efektif membangun kesadaran masyarakat tentang kewaspadaan DB. Di pasar banyak kerumunan warga. Pedagang dan pengunjung pasar yang kebanyakan para ibu relatif jarang tersentuh penyuluhan.
"Tanpa mengurangi waktu dan aktifitas pedagang dalam mencari rezeki, dengan menyimak penyuluhan melalui mobil siaran publikasi, masyarakat bisa mendapat informasi tentang penyakit DBD," katanya.
Petugas juga menyebarkan pamflet informasi DB kepada pedagang yang bisa dibaca disela-sela berjual-beli.
Jika dipandang perlu, kata dia, sosialisasi DBD akan terus dilakukan. Maret sampai Mei adalah masa panca rubah dimana biasanya diikuti merebaknya DBD.
Masyarakat harus memahami ciri nyamuk aides agipty. Seperti, berbentuk loreng, menggigit di waktu pagi dan sore dan terbangnya cepat. Korban DBD biasanya mengalami panas tinggi tanpa sebab, bintik-bntik merah., dan diikuti mimisan serta muntah-muntah. Sehingga perlu segera penanganan medis.
Pemberantasan sarang nyamuk, menurut Joko Priyono, menjadi cara efektif mencegah DBD. Menguras, mengubur barang bekas dan menutup tempat penyimpanan air menjadi upaya yang harus dilakukan warga jika tidak ingin keluarganya terserang penyakait DBD yang belum ada obatnya ini.