REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah diharapkan dapat memberikan peran lebih kepada para istri dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga nelayan di kawasan pesisir.
Selama ini pemerintah berfokus menyelesaikan permasalahan kesejahteraan hanya pada penyediaan kapal, perlengkapan tangkap, dan bahan bakar.
“Pemberdayaan istri merupakan pendekatan gender yang perlu mendapat perhatian dalam mengatasi kemiskinan di manapun juga termasuk daerah pesisir. Karena mereka yang biasanya mengatur dan mengetahui kondisi keuangan keluarga,” ujar Senior Advisor Pusat Transformasi Kebijakan Publik (Transformasi) Sarwono Kusumaatmadja dalam rilisnya, Rabu (4/3).
Menteri Kelautan dan Perikanan di era pemerintahan Gus Dur ini menegaskan, masalah yang dihadapi oleh nelayan Indonesia begitu kompleks. Selain teknis, hal lain yang dihadapi nelayan lebih merupakan permasalahan sosial yang memerlukan solusi kebijakan dan tindakan yang tepat.
Jika pemerintah masih melakukan pola kebijakan yang sama, maka lingkaran kemiskinan akan terus membelenggu mereka. Berdasarkan data BPS 2014, 7.8 juta warga pesisir masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk memenuhi kebutuhan hidup, kebanyakan nelayan sangat bergantung pada komoditas laut yang disediakan oleh alam.
Setelah mendapat hasil tangkapan mereka segera menjual hasilnya untuk menyambung hidup. Jika tangkapan kurang, maka nelayan mengalami kesulitan.
Koordinasi lintas kementerian juga harus dilakukan. Kementerian Kelautan dan Perikanan harus berkoordinasi dengan Kementerian Sosial, serta Kementerian Koperasi dan UKM.
Kebijakan bersama bisa diambil dan diimplementasikan dalam bentuk bantuan modal usaha dan pelatihan. Jadi selain dari hasil melaut, nelayan bisa mendapatkan sumber penghasilan lain untuk menopang ekonomi keluarga.
Perubahan kebijakan seperti ini yang harus diambil oleh pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan perekonomian nelayan.
"Sejatinya, pengambilan kebijakan yang tepat dapat meningkatkan khalayak hidup lebih banyak nelayan dibandingkan sekedar bantuan fisik. Kata kuncinya yaitu pemberdayaan semua elemen untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga nelayan," papar Sarwono.
Banyak usaha yang bisa dilakukan seperti mengolah ikan hasil tangkap menjadi makanan khas daerah untuk dijual kembali ke daerah lain atau kepada turis lokal maupun manca negara.
Usaha lain yang tidak berhubungan dengan ikan hasil tangkap juga bisa dilakukan seperti membuka warung makan, dan membuat cendera mata.
“Profesi nelayan harus dibatasi. Warga pesisir tidak harus menjadi nelayan karena terpaksa. Mereka harus memiliki pilihan hidup untuk menjadi lebih baik, dan itu bisa dimiliki jika anak-anak nelayan mendapatkan pendidikan yang lebih baik,” tambah Sarwono.