REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Memasuki awal Maret 2015, Bulog Sub Divre Cirebon belum bisa melakukan penyerapan gabah dan beras dari petani. Hal itu menyusul belum adanya musim panen di berbagai daerah di wilayah Cirebon.
"Bulan ini memang agak paceklik," ujar Kepala Sub Divre Bulog Cirebon, Miftahul Ulum, Selasa (3/3).
Miftahul mengatakan, hingga kini di wilayah Cirebon belum terlihat adanya tanda-tanda panen. Kalau pun ada yang panen, baru terlihat di Kabupaten Kuningan, dengan luas lahan panen yang masih sedikit. Karena itu, harga gabahnya pun masih tinggi.
Miftahul menjelaskan, tingginya harga gabah membuat para pemilik pabrik penggilingan beras lebih memilih untuk menjual berasnya ke pasaran. Pasalnya, harga jual gabah dan beras di pasaran jauh lebih tinggi bila dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP) yang tidak berubah sejak beberapa tahun lalu.
Miftahul berharap, inpres terkait HPP yang baru untuk beras dan gabah segera keluar. Berdasarkan informasi yang didengarnya, ada kenaikan HPP dalam inpres yang baru tersebut.
"Di media memang sudah menyebar luas adanya kenaikan HPP. Tapi sampai sekarang inpresnya belum kami terima," terang Miftahul.
Selain soal harga, Miftahul pun mengakui di wilayah Cirebon saat ini terjadi keterlambatan panen. Tahun lalu, awal Maret sudah ada mitra kerja yang memasukkan beras ke gudang bulog.
"Namun tahun ini belum ada sama sekali," terang Miftahul.
Miftahul memprediksi beras baru akan masuk ke gudang Bulog akhir Maret. Sedangkan puncak pengadaan diprediksi pada Mei hingga Juni mendatang.
Lebih lanjut Miftahul menyebutkan, untuk target pengadaan tahun ini hanya sebanyak 95 ribu ton. Jumlah itu mengalami penurunan dari target tahun sebelumnya yang mencapai 130 ribu ton.