REPUBLIKA.CO.ID, BAKAUHENI, LAMPUNG -- Sejumlah pedagang beras di Bandarlampung mengaku kebingungan dengan terus melejitnya harga bahan pokok pangan tersebut. Bahkan beras kualitas premium pun hampir setiap pekan naik.
"Saya juga jadi bingung, harga beras naik terus, dan kelihatannya untuk beberapa hari, minggu, dan bulan ke depan masih akan naik," kata pedagang beras di Pahoman, Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung, Agus (55), di Bandarlampung, Selasa (3/3).
Dia menjelaskan, pada hari Senin (2/3) baru saja menerima kiriman beras kualitas Premium Merk Mutiara dari pabrikan. Namun, yang terakhir itu dia menjualnya lagi dengan harga Rp 12.300/Kg, atau Rp 123.000/karung isi kemasan 10 Kg.
"Baru saja kemarin dapat kiriman beras, tapi harganya sudah beda lagi, sebelumnya baru sekitar Rp 12.000/Kg," ungkapnya.
Agus mengaku, sebelumnya beras merk Mutiara yang basa dibeli konsumen kalangan menengah ke atas itu lama bertahan di harga Rp 11.000/Kg. Namun, hanya dalam hitungan minggu harganya naik rata-rata sampai di atas Rp 1.000/Kg-nya.
Beras kualitas Premium yang harganya juga terus merangkak naik adalah beras Cap Ikan Koki, Patent, Jaya Indah (JI), Subur Jaya (SJ), dan lainnya, sedangkan kualitas medium antara lain Merk Merpati, dan Jaya Indah.
Kenaikan harga yang terlalu tinggi itu, katanya juga mempengaruhi volume penjualan beras, karena diduga konsumen pelanggan beralih ke beras merk lain yang dinilai lebih murah.
Kenaikan harga beras juga terjadi di perdesaan, Provinsi Lampung, seperti di Desa Kampungbaru, Kecamatan Marga Punduh, Kabupaten Pesawaran (60 Km) dari Kota Bandarlampung, dan di Desa Kotabatu. Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah (100 Km) dari Kota Bandarlampung.
Warga Kampungbaru, Hikmat menjelaskan, harga beras di desannya untuk kualitas sedang naik dari Rp 10.000 ke Rp 11.000/Kg, dari jauh hari sebelumnya hanya sekitar Rp 8.000/Kg.
Kemudian di Kotabatu, Lampung Tengah, menurut warga setempat, Nahrowi (48), harga beras kualitas sedang juga tinggi, bertahan di harga Rp 11.000/Kg.
Provinsi Lampung termasuk salah satu "Lumbung Pangan" nasional, karena memiliki sekitar 530.000 hektare (Ha) lahan padi sawah yang bisa ditanami padi di musim penghujan (rendeng), dan sekitar sepertiganya yang bisa ditanami padi di musim kemarau (gadu).