REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR-- DPC Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Cianjur, Jabar, masih mencari penyebab mahalnya elpiji 3 kilogram di wilayah Cianjur kota.
"Pantauan kami pendistribusian gas bersubsidi selama ini lancar dan tidak ada kendala di lapangan khususnya untuk wilayah kota," kata Kepala Bidang Elpiji DPC Hiswana Migas Cianjur Dewi Kustiyah di Cianjur, Selasa (3/3).
Dia menyebutkan, berdasarkan pantauan pihaknya, harga elpiji 3 kilogram masih normal untuk wilayah utara seperti Kecamatan Ciranjang dijual dengan harga Rp 18 ribu pertabung. Selama ini tambah dia, pendistribusan gas bersubsidi itu, tidak ada kendala seperti yang terjadi di wilayah Bandung.
"Untuk wilayah kota harga bisa mencapai Rp 23 ribu, kami belum tahu penyebabnya karena sejauh ini pendistribusian tidak ada masalah dan kondusif," katanya.
Seperti sebelumnya, tutur dia, pihaknya telah melakukan operasi pasar (OP) di wilayah Sindangjaya, Kecamatan Ciranjang, selama dua hari atas permintaan dari PT Pertamina. Dimana di wilayah tersebut, sempat dikabarkan terjadi kelangkaan yang berdampak pada tingginya harga gas melon tersebut.
"Namun kenyataannya warga masih mudah mendapatkan gas melon di sejumlah pengecer dan harganya dikisaran Rp 18 ribu per tabung. OP hari pertama gas memang diburu warga dan habis, sedangkan hari kedua, elpiji yang dijual melalui OP tidak habis," katanya.
Menurut dia, alokasi elpiji 3 kilogram sebanyak 1,5 juta per bulan dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan warga dan IKM di Cianjur, sehingga tidak akan terjadi kelangkaan dan berdampak pada harga gas mahal.
Sementara Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Cianjur, Judi Adi Nugroho, menuturkan, harga gas bersubsidi saat ini di pasaran berkisar Rp 20 ribu sampai Rp 21 ribu per tabung.
Namun, pihaknya akan segera mengecek ke lapangan terkait adanya laporan harga gas mahal di wilayah kota."Kami akan segera mengecek ke lapangan, mudah-mudahan tidak mahal seperti di wilayah Bandung," katanya.