Selasa 03 Mar 2015 13:07 WIB

Musim Kemarau Sebabkan Produksi Padi di Bali Menurun

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Padi
Padi

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Produksi padi di Bali secara total sepanjang 2014 menurun 2,74 persen menjadi 857.944 ton gabah kering giling (GKG) dibandingkan 2013.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar mengatakan penurunan tersebut secara umum disebabkan adanya penurunan luas panen padi hingga 5,11 persen atau 7.683 hektar (ha).

"Penurunan luas panen ini terjadi merata di seluruh kabupaten kota di Bali," kata Panusunan di Denpasar, Selasa (3/3).

Angka Sementara (Asem) produksi padi di Bali 2014 menunjukkan penurunan itu terjadi pada subround II sekitar Mei-Agustus 2014 sebesar 9.325 ton GKG atau 3,49 persen dan subround III sekitar September-Desember sebesar 21.819 ton GKG atau 6,73 persen.

Kenaikan hanya terjadi pada subround I sekitar Januari-April sebesar 6.996 ton GKG atau 2,41 persen. Panusunan mengatakan penurunan luas panen tertinggi terjadi di Kabupaten Karangasem seluas 8.571 ha atau turun 11,48 persen, dan Kabupaten Tabanan seluas 4.747 ha atau 11,48 persen. Secara umum, ada dua faktor utama penyebab penurunan luas panen padi di Bali selama 2014.

Pertama, adanya kekeringan sebagai dampak dari musim kemarau. Sepanjang Juni-September 2014 terjadi perubahan iklim yang cukup ekstrim, yakni masuk kategori bulan kering (bulan dengan rata-rata curah hujan kurang dari 100 milimeter), sehingga berdampak pada kekeringan atau terjadinya puso seluas 807 ha atau lebih tinggi dibandingkan 54 ha pada 2013.

Tabanan merupakan kabupaten dengan puso tertinggi mencapai 430 ha.

Adanya kekeringan atau musim kemarau ini berpengaruh terhadap mundurnya masa tanam dan musim panen sekitar satu bulan.

Kedua, masalah pengairan atau ketersediaan air dan perbaikan jaringan irigasi di beberapa tempat, seperti Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar yang mengalami mundur tanam akibat perbaikan irigasi yang belum tuntas seluas 200 ha.

Hal yang sama terjadi di Karangasem sebagai akibat debit air mengecil di sejumlah kecamatan, serta di Kota Denpasar karena perbaikan saluran irigasi di Sungai Ayung yang mengakibatkan terjadinya kekeringan. Total perbaikan irigasi mencapai sekitar 825 ha di 14 subak.

Meski luas panen dan roduksi padi di Bali menurun, namun produktivitasnya meningkat hingga 1,46 kwintal (kw) per ha atau naik 2,49 persen. Panusunan menjelaskan hal ini terjadi akibat meningkatnya penggunaan pupuk organik oleh petani. Produktivitas padi relatif tinggi di tiga wilayah, yaitu Jembrana (68,45 kw per ha), Denpasar (64,94 kw per ha), dan Klungkung (63,34 kw per ha).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Dewi Setyowati mengatakan pihaknya ikut mendorong peningkatan produksi padi di Bali melalui pengembangan klaster padi. Hal ini karena beras atau komoditas pangan utama merupakan penyebab tinggi laju inflasi.

"Penerapan klaster padi ini bisa mengendalikan inflasi bahan pangan dan keberlanjutan sektor pertanian," kata Dewi.

Menurut Dewi, maraknya alih fungsi lahan dan belum optimalnya intensifikasi pertanian menyebabkan produksi pangan di Bali terus menurun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement