REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) tengah berproses menjadi lembaga sertifikasi profesi (LSP) di bidang komunikasi. Sertifikasi ini diperlukan demi menciptakan standard professional di bidang komunikasi.
“Proses masih berjalan karena masih ada beberapa persyaratan administrasi yang harus kita lengkapi,” kata Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Yuliandre Darwis, PhD, akhir pekan.
Jika proses telah rampung, tambah Yuliandre, ke depan ISKI dapat menjalankan sertifikasi terhadap anggotanya. Kata dia, sertifikasi diperlukan demi menciptakan standard profesionalisme di bidang komunikasi. “Antara lain kehumasan (public relations) dan mengukur keahlian kerja anggota ISKI berdasarkan level kompetensinya,” katanya.
Saat ini, dikatakan Yuliandre, baru ada beberapa lembaga yang dapat memberikan sertifikasi ini. Antara lain London School of Public Relation yang menjadi lembaga sertifikasi profesi (LSP) kehumasan. “Telkom University juga bisa menjadi lembaga sertifikasi sehingga mahasiswa yang nanti akan lulus bisa sekalian menjalani uji kompentensi di sini,” katanya
Di sisi lain, Yuliandre Darwis mengimbau, mahasiswa Indonesia, terutama mahasiswa komunikasi, untuk lebih perduli terhadap kondisi masyarakat di Indonesia. “Karena tantangan yang dihadapi oleh masyarakat kita nanti akan semakin berat,” ujarnyadi hadapan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi dalam kuliah umum bertema “Etika dan Budaya Bisnis Global” di Aula Fakultas Komunikasi dan Bisnis Telkom University.
Menurut Yuliandre, kondisi mahasiswa, saat ini, agak berbeda seiring dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat. Di satu sisi, perkembangan teknologi ini membawa manfaat yang besar, tapi di sisi lain ada dampak yang juga harus dihindari.
“Tidak jarang mahasiswa begitu asyik berinteraksi di media sosial sehingga tidak perduli dengan masyarakat sekitar,” ujarnya.
Karena itu, kata dia, salah satu upaya untuk mendekatkan diri dengan masyarakat adalah terlibat dalam program pengabdian kepada masyarakat dan kuliah kerja nyata (KKN). Selain itu, kata Yuliandre, dengan terjun ke masyarakat, mahasiswa dapat memahami proses sosial yang harus dijalani.
Hal ini penting untuk menghindarkan mahasiswa dari pola pikir ‘instant’. “Mahasiswa harus paham bahwa ada proses yang tidak mudah harus dilalui. Jangan sampai kita berpikir bisa mencapai tujuan dengan cara instan,” ujar dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta ini.