Kamis 26 Feb 2015 19:29 WIB

Komisi VIII Dukung Jokowi Stop Kirim TKI Wanita ke Luar Negeri

Gedung DPR
Gedung DPR

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan akan melarang perempuan bekerja di luar negeri sebagai pembantu rumah tanggga (PRT). Namun sebaiknya pemerintah mengirim tenaga kerja Indonesia yang memiliki skill, bukan PRT. yang selama ini kerap kali menjadi sumber masalah dan merendahkan martabat bangsa.

Hal tersebut disampaikan oleh anggota Komisi VIII DPR-RI Itet Tridjajati Sumarijanto, MBA. Itet menjelaskan bahwa para pembantu yang bekerja di Timur Tengah memang hidup berkecukupan. Namun tidak sedikit para pembantu tersebut dikurung di rumah dan kalau mereka membuat kesalahan langsung dihukum dengan cara disiksa.

”Mereka tidak mau kalau disuruh kembali lagi. Sebaik-baiknya majikan, mereka tetap dipaksa bekerja keras di luar normal jam kerja,” ujar Itet kepada wartawan di Jakarta, Kamis (26/2).

Itet menyontohkan dampak pengiriman tenaga kerja perempuan tersebut secara psikologis sangat berat. ”Saya sudah pergi ke pelosok-pelosok Indonesia, akibat dari pengiriman tenaga kerja ke luar negeri membuat kehidupan rumah tanggap mereka menjadi berantakan,” tegas Itet yang membidangi urusan pemberdayaan perempuan.

Menurutnya, kesuksesan materi yang mereka dapatkan di luar negeri tidak sebanding dengan penderitaan psikologis yang harus ditanggung. Ditambahkannya pula, kebijakan Presiden Jokowi itu bukannya membatasi hak konstitusi setiap warga Negara Indonesia untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

”Setiap warga negara memang berhak mendapatkan pekerjaan. Namun kalau dinilai dan ditimbang dari fakta dan realita yang ada, maka jelas kebijakan presiden melarang PRT bekerja ke luar negeri adalah keputusan yang bijaksana,” ungkap Itet yang politisi PDIP ini.

Ia lantas mendorong agar para menteri di Kabinet Kerja segera merespon kebijakan Presiden Jokowi tersebut. ”Para menteri harus bergegas dan berlomba menciptakan lapangan kerja di Indonesia,” imbuhnya.

Alasan Itet, faktor kemiskinanlah yang memicu orang mengadu nasib ke luar negeri. ”Dalam praktiknya tidak sedikit jadi korban perdagangan manusia,” kata wanita anggota DPR dari Dapil II Lampung ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement