Kamis 26 Feb 2015 14:16 WIB

Irman Gusman Nilai Bulog Seperti Spekulan

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Esthi Maharani
Petugas Bulog melakukan operasi pasar beras di kawasan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (18/2).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas Bulog melakukan operasi pasar beras di kawasan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPD RI, Irman Gusman menyindir sikap pemerintah yang dianggap mandul terhadap spekulan. Kata dia, ancaman di masyarakat, bukan cuma dilakukan para penjahat dan kriminal. Tapi, para spekulan juga tak kalah keji.

"Tangkap. Hukum gantung para spekulan ini," kata Irman, saat ditemui di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Kamis (26/2).

Emosi Irman, menanggapi sikap jinak pemerintah terhadap pemain kotor dalam melonjaknya harga beras di pasaran. Menurut Irman, beras merupakan makan utama bagi masyarakat. Melonjaknya harga beras di pasara, tentunya mencekik banyak kalangan. Catatan dia, harga beras saat ini mencapai Rp 130 ribu per 10 kilo gram. Padahal, kata dia, jumlah yang sama, harus berkisar di harga Rp 90 ribu.

Meski tak menunjuk siapa para spekulan yang dimaksud, namun, dikatakan Irman, Badan Usaha Logistik (Bulog) juga ikut menjadi spekulan. Padahal, kata dia, Bulog semestinya menjadi gudang pangan pemerintah. Bulog, menurut dia, adalah penyedia utama pangan, ketika harga tak terjangkau atau paceklik.

"Bukan institusi bisnis," kata Irman.

Namun sayang, dinilai Irman, saat ini Bulog pun didorong mencari keuntungan. Dampaknya, dikatakan dia, terasa di masyarakat. Itu, dibuktikan, dengan tak menentunya harga beras belakangan hari ini.

"Bulog harus dikembalikan ke Kementerian Perdangangan," sambung dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement