Rabu 25 Feb 2015 10:26 WIB

Cuaca Ekstrem Pengaruhi Pasokan Beras

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yudha Manggala P Putra
Harga Beras Mulai Naik
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Harga Beras Mulai Naik

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sudah hampir sebulan Widayati, penjual beras dari Kasongan Bantul, tak berjualan beras. ‘’Saya terakhir menjual beras 6 Februari lalu. Karena tidak mendapatkan pasokan beras. Kalaupun ada beras, harganya terlalu mahal dan kualitasnya jelek-jelek,’’kata dia pada Republika, Rabu (25/2).

Dia biasa mengambil beras dari Purworejo dan Sragen. Sekarang beras IR 24 sudah mencapai Rp 10 ribu  per kilogram, tetapi cepat sekali habis. ‘’Setiap saya pesan katanya sudah dibeli orang yang mau membeli di atas Rp 10 ribu per kilogram. Padahal sebulan yang lalu harga beras tersebut masih Rp 9400 per kilogram,’’ungkapnya.

Sementara itu beras dari Sragen masih ada pasokan tetapi warnanya biru-biru karena terlalu sering kena hujan dan harganya di atas Rp 10 ribu per kilogram. Menurut dia, langkanya beras karena cuaca yang ekstrem. Dia tidak sependapat bila beras ditimbun.

Dikatakan Wiwid, karena musim hujan yang ekstrem, petani gagal panen atau panennya tidak 100 persen berhasil. ‘’Padinya gubuk dan kalau ada yang bisa dipanen hasilnya biru-biru.  Dia pun tidak sependapat bila terjadi penimbunan beras.

‘’Saya sudah keliling ke tempat-tempat penggilingan yang besar, semuanya tidak ada beras yang digiling,’’ tutur Wiwid (panggilan akrab Widayati) yang asli dari Purworejo ini.

Hal senada juga dikemukakan Kepala Divisi Regional Bulog DIY Dia Langgeng Wisnu Adinugroho. Dia mengatakan langkanya beras di DIY dan di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh adanya cuaca ekstrem, sehingga petani tidak bisa menanam dan menjemur padi. Kalau pun bisa menanam padi hasilnya tidak bagus.

Menurut dia, mulai  akhir November sampai Februari biasanya memang terjadi paceklik sehingga harga beras tinggi karena siklus musim tanam dan diperparah dengan siklus hujan mundur dan hujan terjadi di mana-mana, petani tidak bisa menjemur gabar.

Di samping itu, Langgeng menambahkan, Bojonegoro yang merupakan daerah sentra nomor satu beras mengalami kebanjiran. ‘’Karena pemicu kenaikan (harga) beras kumpul menjadi satu, sehingga lebih terasa,’’ tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement