REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan tidak perlu ada kebijakan impor beras untuk mengatasi melambungnya harga. Menurutnya, Indonesia cukup menunggu panen besar beras yang akan segera datang.
"Enggak perlu impori, karena bulan Maret sudah bulan panen besar. Jadi kalau mengimpor pada bulan panen, kasihan petaninya," kata Jusuf Kalla dalam rapat koordinasi penanaman modal di Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Jakarta, Selasa (24/2).
Wapres menekankan, harga beras yang belakangan melambung disebabkan oleh pasokan yang berkurang akibat musim paceklik, bukan oleh mafia.
"Ini urusannya suplai, bukan mafia-mafiaan. Itu mafia kalau naikkan harga, silakan saja timbun beras, besok akan kita tambah. Saat turun harga, kalian (mafia) rugi," ujarnya.
Menurut Wapres, stok beras di Perum Bulog saat ini mencapai 1,4 juta ton. Jumlah tersebut, belum ditambah dengan stok dari pedagang dan petani. Dengan tambahan hasil panen besar yang diperkirakan sudah bisa dimulai Maret hingga Mei mendatang, ia optimistis harga beras bisa turun lagi.
Wapres bahkan mengatakan hingga Mei, Bulog diprediksi akan memiliki stok hingga 3 juta ton beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Bulan ini saya suruh (Bulog) keluarkan 400.000 ton beras. Kalau masih kurang lagi, kita keluarkan 500.000 ton. Karena bulan depan sudah panen, jadi akan ditambah panen. Jangan khawatir soal beras," katanya menegaskan.