Selasa 24 Feb 2015 13:17 WIB

Musim Paceklik Picu Kenaikan Harga Beras

Rep: edy setiyoko/ Red: Ani Nursalikah
Harga Beras Mulai Naik
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Harga Beras Mulai Naik

REPUBLIKA.CO.ID, WONOGIRI -- Kenaikan harga beras mulai pertengahan Fabruari disinyalir dipicu oleh musim paceklik. Istilah ini dikenal masyarakat Jawa sejak dulu yang mengisyaratkan masa ekonomi sulit saat puncak musim hujan hingga mahalnya harga pangan.

 

Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UMKM (Disperindagkop UMKM) Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Guruh Santoso menyebut,saat ini sedang masa paceklik.

"Wajar jika harga mahal karena menipisnya stok barang," katanya, Selasa (24/2).

 

Dulu, lanjut Guruh, musim paceklik terjadi kalau sudah memasuki puncak musim hujan. Petani menunggu masa panen sekitar satu-dua bulan. Saat itu, lumbung cadangan pangan mulai menipis.

Dalam kondisi seperti ini, hukum ekonomi berlaku. Stok barang sedikit dan permintaan banyak. Ini jelas memicu harga barang melambung.

 

Apalagi, kalau kondisi seperti itu dibarengi bencana. Banjir melanda dimana-mana, misalnya, termasuk lahan pertanian. Musim panen raya padi, menurutnya, akan berlangsung sekitar akhir Maret atau awal April mendatang.

Diprediksi tingginya harga beras di pasaran akan kembali normal dalam 2-3 bulan ke depan. Disperindagkop terus memantau pasokan dan harga beras. Guruh sudah memerintahkan kepala  pasar di 25 kecamatan daerahnya untuk secara rutin melaporkan ketersediaan pangan di wilayah masing-masing.

 

Harga beras di Pasar Kota Wonogiri melambung dalam sepekan terakhir. Hal itu karena stok beras sulit didapat. Beberapa pedagang bahkan belum memperoleh kiriman beras sejak sepekan lalu.

Kondisi serupa juga dialami wilayah Wonogiri dan sekitarnya. Bedanya, sawah di sini memang baru memasuki masa tanam sehingga musim panen masih lama.

Akibat kelangkaan beras itu, harganya merangkak naik. Sepekan lalu, harga beras berada pada kisaran Rp 9.500-Rp 11 ribu perkilogram. Kini, harganya naik menjadi Rp 10 ribu-Rp 11.500 perkilogram.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement