Selasa 24 Feb 2015 13:16 WIB

JK Bantah Ada Mafia Beras

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
 Pekerja mengangkat beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Ahad (22/2).   (Republika/Yasin Habibi)
Pekerja mengangkat beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Ahad (22/2). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla kembali membantah adanya ulah mafia beras yang menyebabkan tingginya harga beras beberapa pekan terakhir. Menurut dia, kenaikan harga beras hanya disebabkan oleh distribusi pasokan.

"Urusannya suplai bukan mafia beras. Mafia itu mempermainkan harga," kata JK usai meninjau pelayanan PTSP di kantor BKPM, Jakarta, Selasa (24/2).

Ia pun mengaku tak khawatir jika memang ada mafia beras di balik tingginya harga beras. Kalla bahkan mempersilakan para oknum nakal untuk menimbun beras.

"Silakan saja timbun beras, besok kita tambah, turun harga, kalian rugi. Orang timbun sedikit, kita tambah 300-500 (ribu ton) ke pasar bulan ini, habislah itu yang nimbun beras. Timbun saja, mau sejuta besok kita kasih 2 juta," kata JK.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Rahmat Gobel mengungkapkan temuannya terkait penimbunan beras yang terjadi di Jakarta. Penimbunan beras yang dilakukan oleh sejumlah oknum nakal ini menyebabkan harga beras semakin meroket.

"Ada penimbunan sedikit," kata Gobel usai melakukan rapat koordinasi ketahanan pangan di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Senin (23/2).

Ia mengatakan telah meminta Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengaudit seluruh sistem penyaluran beras hingga ke pasar. Lanjutnya, ia pun kemudian menemukan adanya penimbunan beras serta gudang beras oplosan milik para pedagang yang diberi label sendiri.

"Jakarta banyak. Setelah audit kita tahu. Saya minta ke Kabulog untuk audit seluruh sistem. Dari mulai DO dikeluarkan sampai ke pasar gimana prosesnya. Saya bilang pada waktu lalu saya dapatkan gudang beras pedagang oplos masuk kantong merek dagang sendiri. Kalau liat suplai yang ada, Jakarta banyak sekali," jelas Gobel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement