Selasa 24 Feb 2015 12:08 WIB

Budi Daya Ikan Lokal Harus Penuhi Kebutuhan Ikan Daerah

Rep: c85/ Red: Satya Festiani
 Seorang pedagang menyortir ikan yang dijual di sentra perikanan Pelabuhan Perikanan Muara Angke, Jakarta, Selasa (14/10).  (Antara/OJT/Michael Siahaan)
Seorang pedagang menyortir ikan yang dijual di sentra perikanan Pelabuhan Perikanan Muara Angke, Jakarta, Selasa (14/10). (Antara/OJT/Michael Siahaan)

REPUBLIKA.CO.ID, BANJAR BARU -- Perikanan budi daya dalam negeri sedang mencoba bangkit. Untuk mencapai target produksi sebesar 31,3 juta ton pada tahun 2019 nanti, pembudi daya di daerah sedang didorong meningkatkan produksinya. Salah satunya di Kalimantan Selatan, yang kaya dengan budi daya ikan papuyu, ikan haruan, dan ikan kelabau. Jenis-jenis ikan tersebut bila terus ditingkatkan produksinya, akan mampu memenuhi kebutuhan di daerah.

Seperti yang sedang dilakukan oleh salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) yaitu Balai Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin dalam mengembangkan komoditas lokal Kalimantan Selatan. “Komoditas lokal suatu daerah sangat perlu dikembangkan, karena hal ini akan mendukung perekonomian daerah dan juga melestarikan komoditas asli sehingga juga melestarikan lingkungan daerah tersebut”, jelas Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Subjakto, Selasa (24/2).

Lebih lanjut Slamet mengatakan bahwa melalui pengembangan komoditas lokal, maka kemandirian akan muncul dan ini merupakan bagian dari perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan ramah lingkungan. “Mandiri dalam arti bahwa melalui komoditas lokal seperti Papuyu, Haruan dan Kalebau, maka Kalimantan Selatan mampu menyediakan benih dan mengembangkan budidaya komoditas ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," ujarnya.

Pengembangan komoditas lokal juga menjaga kelestarian lingkungan perairan sekaligus menuju perikanan budidaya yang berkelanjutan. "Karena perikanan budidaya tidak lagi tergantung dari alam khususnya pada komoditas local tersebut bahkan menyumbangkan benih ikan-ikan asli Kalimantan Selatan ini ke perairan umum untuk

menjaga kelestariannya," ujar Slamet.

Kepala BPBAT Mandiangin, Endang Mudjiutami, menambahkan bahwa pengembangan ikan lokal khususnya ikan papuyu telah memasuki tahap pemeliharaan atau budidaya ikan papuyu secara monosex. “Saat ini diketahui bahwa ikan papuyu betina memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibanding ikan papuyu jantan, sehingga ke depan akan di kembangkan ikan papuyu yang menghasilkan  banyak ikan betina sehingga lama pemeliharaannya lebih cepat dan budidayanya lebih menguntungkan”, ungkap Emmi nama panggilannya.

Harga ikan papuyu ukuran konsumsi saat ini di pasar Banjarmasin cukup tinggi yaitu Rp. 50 ribu – Rp. 60 ribu. Dengan lama waktu pemeliharaan selama 7 – 8 bulan, hasil yang diperoleh cukup menguntungan.

“Budidaya ikan lokal, selain akan meningkatkan perekonomian masyarakat, juga akan meningkatkan konsumsi ikan di wilayah tersebut. Efek lainnya adalah peningkatan kebutuhan ikan yang mendorong perkembangan budidayanya. Ini akan menyerap tenaga kerja dan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," lanjut Slamet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement