Senin 23 Feb 2015 19:20 WIB

‘Kirim Perempuan Berkualitas ke Luar Negeri’

Rep: lilis/ Red: Damanhuri Zuhri
Tenaga Kerja Wanita. (Ilustrasi)
Foto: Yudi Mahatma/Antara
Tenaga Kerja Wanita. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -– Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) menargetkan lima tahun ke depan perempuan Indonesia yang dikirim bekerja di luar negeri harus berkualitas dan bermartabat.

Hal itu disampaikan Menteri PPA, Yohana Yembise, saat meresmikan Rumah Edukasi TKI di Desa Majakerta, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Senin (23/2). Rumah Edukasi TKI merupakan program bina TKI yang merupakan hasil kerja sama KPPA dan PT BNI Tbk.

‘’Lima tahun ke depan, mudah-mudahan perempuan yang kita kirim ke luar negeri berkualitas dan bermartabat, hingga diakui secara internasional di luar negeri,’’ ujar Yohana.

Yohana mengatakan, untuk mewujudkan target tersebut, pihaknya akan membuat balai pemberdayaan TKW (tenaga kerja wanita) di seluruh provinsi di Indonesia. Pihaknya akan bekerja sama dengan Tahir Foundation.

Menurut Yohana Yembise, KPPA menyiapkan gedung, sedangkan Tahir Foundation menyiapkan fasilitas dan tenaga guru pengajar. ‘’Ini adalah program unggulan dari KPPA,’’ katas Yohana menjelaskan.

Menurut Yohana, pihaknya akan membuat pilot project di tujuh provinsi. Setiap provinsi, akan dilatih sekitar 500 perempuan mengenai berbagai hal.

Di antaranya bahasa asing, usaha kecil menengah, masalah kesehatan terutama pelatihan menjadi baby sitter, maupun keterampilan memasak. ‘’Kita kerja sama dengan dubes negara tujuan TKI untuk mengirim mereka ke luar negeri,’’ tutur Yohana.

Selain balai pemberdayaan TKW, lanjut Yohana, pihaknya juga mengadakan program bina TKI yang bekerja sama dengan PT BNI Tbk. Desa Majasari, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu dijadikan pilot project karena merupakan salah satu kantong TKI terbesar di Indonesia.

Bupati Indramayu, Anna Sophanah, menjelaskan, masih banyak masyarakat Indramayu yang memilih menjadi buruh migran. Pada 2014, jumlah TKI asal Kabupaten Indramayu mencapai 19 ribu orang, meningkat delapan persen dibanding 2013 yang mencapai 17.800 orang.

‘’Dari jumlah itu, 90 persen bekerja di sektor informal. Sedangkan sisanya bekerja di sektor formal,’’ tutur Anna.

Anna mengakui, banyak di antara para TKI yang meraih kesuksesan di luar negeri. Namun, tak jarang juga yang menemui masalah hingga harus berhadapan dengan hukum. Dia menilai, masalah itu timbul akibat minimnya pengetahuan, keterampilan dan bahasa yang dikuasai para TKI.

Anna menyambut baik dan berterima kasih dengan hadirnya Rumah Edukasi TKI. Dia berharap, keberadaan Rumah Edukasi TKI akan sangat bermanfaat bagi keluarga TKI maupun purna TKI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement