REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Dari penilaian aspek kebersihan dan keindahan, Kota Bekasi menduduki pringkat ke-22 dari 25 kota/kabupaten se-Jawa Barat. Penilaian Adipura 2015 terhadapKota Bekasi pun turun drastis.
Menurut Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan (BPLH) Kota Bekasi, Dadang Hidayat, ada 15 indikator yang membuat wilayahnya mendapat penilaian yang baruk dari aspek kebersihan dan keindahannya. Hal tersebut tidak terlepas dari sistem pengelolaan dan pengolahan sampah yang masih belum maksimal.
"Akibatnya dalam penilaian kebersihan dan keindahan, Kota Bekasi menduduki peringkat ke-14 dari 14 Kota Metropolitan," kata Dadang kepada Republika, Senin (23/2)
Dadang menjelaskan, 15 indikator yang mempengaruhi penilaian yakni, kebersihan pemukiman, jalan, protokol, perkantoran, sekolah, kesehatan, hutan kota, taman kota, terminal induk bus, stasiun, sungai, saluran terbuka, tempat pembuangan akhir, bank sampah dan pengolahan sampah skala kota.
Dadang mengimbau khususnya kepada masyarakat Kota Bekasi harus lebih menyadari pentingnya kebersihan. Menurutnya masih banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai dan saluran. Selain itu, kantor pemerintahan seperti kantor Kelurahan dan Kecamatan yang dinilai masih belum baik dalam pengelolaan sampahnya. Dadang menegaskan, kedepannya seharusnya lebih baik lagi.
"Jika mengurus kantor saja tidak bisa, bagaimana mengurus masyarakat, jalan dan pemukiman," ujar Dadang.
Terkait Bekasi menjadi kota metropolitan yang paling kotor, Dinas Kebersihan mempunyai alibi. Kepala Dinas Kebersihan, Abdillah Hamta mengaku, kurangnya armada truk pengangkut sampah menjadi kendala utama saat membersihkan sampah kota. Selain itu, kesadaran masyarakat mengenai kebersihan juga perlu ditingkatkan.
"Banyak sampah liar menumpuk di pinggir jalan, membuktikan masyarakat masih membuang sampah sembarangan," ujar Abdillah.