REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi, Jawa Barat, Dadang Hidayat menilai merosotnya penilaian Adipura 2015 di wilayah itu turut dipicu oleh sistem pengelolaan dan pengolahan sampah yang masih lemah.
"Penilaian aspek kebersihan dan keindahan Kota Bekasi menurun drastis dari tahun 2014. Penurunannya hampir delapan poin," katanya di Bekasi, Ahad (22/2).
Menurut dia, penilaian Adipura tahap pertama pada 2014 lalu Kota Bekasi mendapat nilai 71 poin, namun kali ini penilaian itu merosot hingga 64,8 poin.
Perolehan poin penilaian tahap kedua itu telah menempatkan Kota Bekasi berada di urutan tiga terendah atau ke-22 dari 25 kota/kabupaten peserta penilaian Adipura se-Jawa Barat. "Kota Bekasi masuk dalam penilaian kategori kota metropolitan dalam Adipura," katanya.
Dadang menjelaskan, pengolahan sampah dari hulu ke hilir di Kota Bekasi masih sangat lemah dan memerlukan pembenahan yang serius. "Pengolahan sampah adalah aspek utama rendahnya nilai Adipura Kota Bekasi hingga jadi menurun," katanya.
Rendahnya kualitas pengolahan sampah di Kota Bekasi, katanya lebih lanjut, salah satu contohnya adalah, sampah rumah tangga yang masih menumpuk di permukiman penduduk dan jalan-jalan protokol sampai pukul 08.30 WIB.
"Sampah itu seharusnya sudah diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPA) Sumurbatu, tapi tumpukan sampah masih terlihat di jalan-jalan protokol Bekasi pada jam tersebut," katanya.
Kondisi itu yang masuk dalam komponen utama penilaian Adipura 2015, namun lolos dari perhatian Kota Bekasi. "Seharusnya, pengangkutan sampah memang tidak boleh satu kali, namun pada kenyataannya Kota Bekasi hanya mampu mengangkut sampah satu kali dalam sehari," ujarnya.
Dia juga mengkritisi sistem distribusi sampah menuju TPA yang masih diwarnai antrean truk sampah di lokasi pembuangan.
"Antrean ini disebabkan zona pembuangan sampah yang sudah overload. Setiap membuang, para petugas harus mencari zona yang masih kosong," katanya.