Sabtu 21 Feb 2015 20:01 WIB

Hari Bahasa Ibu, Momentum Kembangkan Bahasa Indonesia

 Aktifis tergabung dalam Perempuan Bangsa membawa poster saat melakukan aksi peringatan Hari Ibu di Bundaran HI, Jakarta, Ahad (21/12). (Republika/Tahta Aidilla)
Aktifis tergabung dalam Perempuan Bangsa membawa poster saat melakukan aksi peringatan Hari Ibu di Bundaran HI, Jakarta, Ahad (21/12). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Budayawan Have Setiawan mengatakan Hari Bahasa Ibu Internasional, yang jatuh pada 21 Februari, harus menjadi momentum pengembangan budaya serta bahasa lokal Indonesia.

"Hari ini harus menjadi momentum dalam memperkuat komitmen berbagai pihak terhadap pemeliharaan, pengembangan bahasa dan budaya lokal," kata Budayawan Hawe Setiawan pada acara "Meiling Poe Basa Indung Sadunya" di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, Sabtu (21/20). 

Hawe mengatakan salah satu cara paling efektif mempertahankan dan melestarikan bahasa Sunda adalah lewat buku. Seperti cerpen bahasa Sunda yang di terjemahkan oleh Prof C W Waston ke dalam bahasa Inggris.

Penutur Bahasa Inggris dapat mengetahui cerminan keadaan masyarakat Sunda lewat buku ini. Hal ini juga dapat mempertajam pemahaman mereka mengenai kehidupan di Indoensia.

Selain itu, solusi yang tepat untuk mengajarkan generasi muda akan pentingnya berbahasa Sunda menurut dia adalah dengan mengembangkan metode mengajar bahasa Sunda yang disesuaikan dengan karakter anak muda di perkotaan.

"Buku pengejaran bahasa Sunda bisa disesuaikan dengan perkembangan suasana para remaja sekarang. Jika siapapun ingin belajar nilai-nilai budaya Sunda, dia harus belajar dan menghayati bahasa Sunda terlebih dahulu," kata Ketua Lembaga Sunda Universitas Pasundan itu.

Bahasa Sunda sebagai bahasa lokal Jawa Barat dituturkan oleh lebih dari 30 juta orang dan masih merupakan bahasa yang menarik dan eksis. Oleh karnanya masih banyak generasi muda dan orang luar Sunda yang tertarik dengan acara tersebut.

Hari Bahasa Ibu Internasional diperingati setiap tanggal 21 Febuari yang dinyatakan oleh UNESCO sejak 1999.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement