REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kabupaten Semarang punya mimpi mengembalikan ‘kejayaan’ rempah- rempah. Komoditas herbal ini digadang- gadang bakal mampu menopang perekonomian warganya.
Selain hasil pertanian dan hortikultura --yang menjadi komoditas andalan-- rempah- rempah disebut juga memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan.
Selain lahan yang subur, di wilayah Kabupaten Semarang ada sejumlah industri jamu dan farmasi besar, yang selama ini juga masih kesulitan untuk menyerap bahan baku lokal.
Bupati Semarang, dr H Mundjirin mengatakan, dahulu Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) datang ke Indonesia karena rempah- rempah.
Mereka mencari rempah- rempah dari kawasan Nusantara, untuk diangkut sebagai komoditas perdagangan unggulan di Eropa.
“Sekarang mencari rempah-rempah di 'tanah' sendiri saja sangat sulit,” kata Mundjirin, pada pencanangan Desa Rempah, di Desa Kemloko, Kecamatan Bregas, Kabupaten Semarang, baru- baru ini.
Mengapa demikian, jelas bupati, karena rempah- rempah saat ini sudah jarang dibudidayakan oleh bangsa kita sendiri.
Tak banyak petani yang mau memanfaatkan sedikit lahan kosongnya untuk membudidayakan rempah, jenis empon-empon.
Sekarang, budidaya tanaman rmpah- rempah ini akan kembali diintensifkan di Kabupaten Semarang, melalui pencanangan Desa Rempah.
Bupati bermimpi, lahan atau pekarangan warga yang kosong bisa ditanami berbagai jenis rempah- rempah yang sesuai.
Bagi yang sudah tak punya lahan, bisa membudidayakan pada pot serta polybag atau dilakukan dengan intensivikasi atau tumpangsari.
Untuk mendorong budidiya rempah- rempah ini Bupati juga meneken nota kesepahaman dengan industri jamu dan farmasi PT Sido Muncul Tbk.
Tujuannya agar industri jamu ini membina para petani untuk dapat membudidayakan dan memproduksi rempah yang baik.
Mulai dari penyuluhan saat menanam, pemeliharaan, panen hingga pengolahan setelah panen. Termasuk penyerapan hasil budidaya dari petani untuk bahan indistri jamu.
“Dengan begitu, budidaya rempah-rempah ini akan dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan para petani,” tegas Mundjirin.
Ia menambahkan, setelah diawali di Desa Gondoriyo, Desa Rempah juga dicanangkan di lima desa/kelurahan yang ada di dua kecamatan.
Masing- masing Desa Bergas Kidul, Diwak, Ngempon dan Keluarahan Karangjati di Kecamatan Bergas serta Kelurahan Klepu di Kecamatan Pringapus.
Terpisah Dirut PT Sido Muncul, Irwan Hidayat mengatakan, saat ini kebutuhan bahan baku indistri jamu dan farmasinya mencapai 40 ton per hari (basah).
Masing- masing terdiri atas jahe, kencur, kunyit serta temulawak. Dari total kebutuhan ini, pihaknya baru menyerap sekitar 30 persen dari petani mitra binaan.
Sisanya mengandalkan bahan baku yang dibeli dari pasaran. Karena itu pihaknya akan menyerap hasil budidaya rempah petani di lima desa/ kelurahan ini.
“Monggo, ini peluang yang dapat dimanfaatkan para petani untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraannya,” kata Irwan.
Dalam pencanangan Desa Rempah ini, pihaknya juga menyerahkan bantuan bibit tanaman obat yang telah disesuaikan dengan lahan masing- masing desa, agar hasilnya lebih maksimal.
Masing- masing bibit jahe dan kencur untuk Desa Ngempon dan Kelurahan Klepu serta bibit jahe untuk Desa Bergas Kidul.
Sedangkan kelurahan Karangjati dan Desa Diwak diberikan bantuan bibit tanaman obat untuk intensifikasi pertanian, seperti sirih, katu, kemangi, pandan, sereh dan daun ungu.
Melalui pencanangan ini para petani dapat mengoptimalkan lahan. Pihaknya juga menyiapkan pelatihan pengolahan setelah panen.
Seperti pelatihan membuat ekstrak maupun pengolahan bahan baku jamu guna memangkas mata rantai produksi.
“Saya juga ingin, nantinya rempah- rempah dari petani ini sudah menjadi bahan jamu yang sudah siap diolah,” tambahnya.